Ia menekankan bahwa pengolahan sampah menjadi energi bukan sekadar solusi darurat sampah, melainkan bagian dari agenda energi bersih dan ramah lingkungan.
“Dengan teknologi yang tepat, sampah bisa menjadi sumber energi berkelanjutan. Ini sejalan dengan target pengurangan emisi karbon dan mendukung kemandirian energi Indonesia,” tutur Tohom.
Baca Juga:
Pendanaan Fosil Dunia Turun 78 Persen, Tapi Jerman dan AS Masih Gelontorkan Dana
Tohom yang juga Ketua Umum Persatuan Pengacara Perlindungan Konsumen Indonesia (PERAPKI) ini menekankan perlunya regulasi yang berpihak pada konsumen.
Ia meminta agar pemerintah memastikan tarif listrik hasil pengolahan sampah tetap terjangkau dan tidak membebani masyarakat.
“Jangan sampai program yang bagus ini malah menambah biaya listrik bagi konsumen. Transparansi harga dan skema subsidi harus jelas,” ungkapnya.
Baca Juga:
Dorong Transisi Energi, ALPERKLINAS Sambut Kemudahan Izin Pemasangan PLTS Atap
Selain itu, ia mendorong adanya pengawasan publik agar proyek ini benar-benar berjalan sesuai tujuan.
Menurut Tohom, pengelolaan sampah yang baik tidak hanya menghasilkan energi, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota yang selama ini dibebani dengan persoalan darurat sampah.
“Keberhasilan program waste to energy akan terlihat bukan hanya dari jumlah megawatt yang dihasilkan, tetapi juga dari lingkungan yang lebih bersih dan masyarakat yang lebih sehat,” tambahnya.