Tohom yang juga dikenal sebagai Pengamat PLN, Ketenagalistrikan, dan Energi, mengungkapkan bahwa beasiswa ini akan sangat membantu dalam menjawab kebutuhan jangka panjang industri energi nasional, yang memerlukan talenta muda dengan pemahaman teknologi dan semangat inovasi tinggi.
Ia bahkan menyarankan agar ke depan, program ini diperluas tidak hanya dari sisi kuota penerima beasiswa, tetapi juga menjangkau daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
Baca Juga:
Punya Rasio Pelanggan 98,45 Persen, ALPERKLINAS Apresiasi PLN yang Survive Penuhi Kebutuhan Listrik Indonesia dengan Pendapatan Maksimal
“Jika program ini bisa diakses anak-anak dari Papua, Maluku, Kalimantan pedalaman, maka inilah yang saya sebut transformasi keadilan energi melalui pendidikan,” tuturnya.
Selain itu, menurut Tohom, pembekalan soft skills dan hard skills serta peluang magang di perusahaan BUMN akan memperkuat daya saing lulusan di dunia kerja.
Ia mendorong agar proses seleksi dan wawancara dilakukan secara adil, transparan, dan inklusif tanpa diskriminasi wilayah atau latar belakang ekonomi.
Baca Juga:
Target EBT 42,6 GW dari Energi Surya, Tenaga Air, Panas Bumi dan Angin, ALPERKLINAS Sebut Indonesia 'Big Green Energi'
“Transparansi dalam seleksi beasiswa ini harus menjadi perhatian utama. Jangan sampai ada kesan elitis. Setiap anak bangsa yang punya kapasitas dan semangat belajar harus diberi ruang,” pungkas Tohom.
Sebelumnya, Ketua Umum Aperti BUMN, Iwa Garniwa Mulyana, menjelaskan bahwa beasiswa Aperti BUMN 2025 dibuka untuk lulusan tahun 2024 dan 2025 dari SMA, SMK, MA dan sederajat, dengan dua skema pembiayaan: penuh dan parsial.
Selain ITPLN, lima kampus BUMN lainnya yang ikut dalam program ini adalah Politeknik Semen Indonesia (Polteksi), Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI), Universitas Pertamina (UPER), Universitas Logistik dan Bisnis Internasional (ULBI), dan Telkom University (Tel-U).