Indonesia, kata Tohom, berada di posisi strategis sebagai salah satu pemain batu bara global, dengan Bumi Resources, Alamtri, dan Bayan yang ikut masuk dalam 10 besar produsen batu bara dunia.
“Fakta ini menegaskan bahwa Indonesia bukan hanya pengguna, tapi juga pemasok batu bara penting untuk pasar global. Konsumen harus dilibatkan dalam narasi energi ini, karena pada akhirnya merekalah yang membayar listrik setiap bulan,” kata Tohom.
Baca Juga:
Terobosan Besar Dekarbonisasi, ALPERKLINAS Apresiasi Langkah PLN Indonesia Power Percepat Co-Firing Biomassa di 47 PLTU
Tohom Purba yang juga Pemimpin Redaksi Majalah Konsumen Listrik ini menekankan pentingnya edukasi publik mengenai perbedaan batu bara thermal dan kokas.
Batu bara thermal digunakan untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), sementara batu bara kokas menjadi bahan baku industri logam seperti baja.
“Pemahaman publik terhadap jenis batu bara dan penggunaannya sangat penting agar diskusi energi tidak berhenti pada kata ‘fosil’ atau ‘polusi’ saja, tapi juga pada struktur industri dan keterhubungannya dengan kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Sebut Penggunaan Mobil Listrik Selama 15 Tahun ke Depan Dapat Menghemat 100 Miliar Liter Bensin
Menurut ALPERKLINAS, kebijakan energi nasional dan internasional harus menempatkan konsumen sebagai subjek yang dipertimbangkan, bukan sekadar objek.
“Kita tidak menolak energi bersih, tetapi harus rasional. Kalau transisi energi dipaksakan tanpa melihat kesiapan ekonomi dan teknologi, maka yang terjadi adalah kenaikan tarif listrik dan itu merugikan masyarakat,” pungkas Tohom.
[Redaktur: Mega Puspita]