Sebelumnya, EVP Strategic Risk Management Policy PLN, Daniel K. Fernando Tampubolon, mengungkapkan bahwa proyek ketenagalistrikan ini merupakan bentuk nyata dari desain besar pemerintah untuk menopang pertumbuhan ekonomi sebesar 8% sembari menjalankan agenda transisi energi.
“RUPTL ini saja mungkin consist of around 4.000 proyek atau lebih. Jadi, bisa dibayangkan kalau revolusi, memang kita secara fiskal pun akan mendapat pressure,” katanya dalam acara Human Capital Summit 2025 di Jakarta, Rabu (4/6/2025).
Baca Juga:
BK Berperan Strategis sebagai Mitra Polri Dalam Membentuk Karakter dan Mental Generasi Muda di tengah Tantangan Era Digital
Sementara itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa total peluang investasi dalam RUPTL 2025–2034 mencapai Rp 2.967,4 triliun.
Dari jumlah tersebut, Rp 2.133,7 triliun dialokasikan untuk pembangunan pembangkit listrik, Rp 565,3 triliun untuk penyaluran (termasuk transmisi dan distribusi), serta sisanya Rp 268,4 triliun untuk komponen lainnya.
“Supaya proyek ini berjalan konsisten dan berkesinambungan, kita buat perencanaan rinci tanpa tumpang tindih. Tidak boleh ada kesan proyek ini hanya akal-akalan. Ini proyek strategis nasional,” tegas Bahlil.
Baca Juga:
Pemerintah Terus Genjot, ALPERKLINAS Apresiasi Rencana Pemda Karawang Ubah Sampah Jadi Energi Listrik
Dari total investasi di sektor pembangkit, sekitar 73% atau Rp 1.566,1 triliun akan datang dari produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP), di mana sebagian besar diarahkan ke pengembangan EBT.
[Redaktur: Mega Puspita]