Ia mengusulkan sejumlah langkah yang bisa diterapkan untuk mengatasi masalah penggunaan jebakan tikus listrik yang berbahaya.
"Pemerintah perlu lebih masif dalam melakukan edukasi dan sosialisasi kepada petani. Ada baiknya dilakukan penyuluhan secara berkala mengenai bahaya penggunaan jebakan tikus listrik, baik dari sisi keselamatan manusia maupun hewan, serta potensi kebakaran dan korsleting listrik," bebernya.
Baca Juga:
Pengelolaan Sampah Jadi Solusi Lingkungan dan Target Bisnis, ALPERKLINAS Apresiasi Pemerintah yang Tetapkan Tarif Listrik Dari PLTSa Sebesar 18-20 Sen Per KWh
Di samping itu, sambung Tohom, edukasi tentang dampak negatif jebakan listrik terhadap lingkungan dan ekosistem juga sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dalam bertani.
"Juga perlu penyediaan alternatif yang aman dan efektif untuk mengendalikan hama tikus. Pemerintah bisa memfasilitasi distribusi perangkap tikus konvensional yang lebih aman, seperti perangkap kandang atau snap trap, dengan harga terjangkau," katanya.
Menurut Tohom yang juga anggota Aliansi Konsumen ASEAN ini, penguatan regulasi terkait penggunaan jebakan tikus listrik juga perlu dilakukan.
Baca Juga:
Peduli Terhadap Ketahanan Ekonomi Masyarakat, ALPERKLINAS Minta Kementerian ESDM dan PLN Sosialisasikan Penghematan Pemakaian Listrik
"Selain itu, pengawasan rutin di area pertanian jadi langkah penting dalam memastikan bahwa penggunaan jebakan listrik dapat ditekan seminimal mungkin," katanya lagi.
Tak sampai di situ, Tohom mengusulkan riset dan pengembangan dalam bidang pengendalian tikus.
"Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk mengembangkan teknologi pengendalian tikus yang lebih efektif dan aman, sehingga kita bisa merancang metode pengendalian yang lebih tepat sasaran," tuturnya.