Konsumenlistrik.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketua Umum Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS), KRT Tohom Purba, mengusulkan agar PLN dan pemerintah daerah mengambil langkah tegas dalam melarang penggunaan jebakan tikus beraliran listrik yang membahayakan keselamatan jiwa.
Pernyataan ini merespons data Polres Blora yang mencatat sejumlah kasus kematian akibat sengatan listrik dari jebakan tikus di wilayah tersebut.
Baca Juga:
Waspada Tiang Listrik Bermasalah, ALPERKLINAS Imbau Masyarakat Aktif Lapor ke PLN
"Pemakaian jebakan tikus beraliran listrik bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga menjadi ancaman nyata bagi keselamatan petani dan masyarakat sekitar. Kami mendesak PLN bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan penertiban, sekaligus memberikan solusi yang lebih aman bagi para petani," ujar Tohom, Sabtu (11/1/2025).
Menurut data yang disampaikan Kapolres Blora, AKBP Wawan Andi Susanto, jebakan tikus beraliran listrik telah ditemukan di beberapa kecamatan seperti Kedungtuban, Kradenan, dan Randublatung.
Langkah-langkah pengendalian telah dilakukan, termasuk koordinasi dengan dinas pertanian untuk menyediakan alternatif seperti obat pembasmi tikus.
Baca Juga:
Surabaya Jadi Pionir, ALPERKLINAS Desak Pemerintah Percepat PSEL di 11 Daerah Lain
Sementara itu, Kepala Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora, Ngaliman, juga menegaskan pentingnya edukasi kepada petani terkait bahaya jebakan listrik.
Pihaknya mengimbau penggunaan metode yang lebih ramah lingkungan, seperti rumah burung hantu yang telah diterapkan di Desa Gondel.
Menanggapi hal ini, Tohom Purba mengapresiasi inisiatif yang dilakukan pemerintah daerah, namun menegaskan perlunya pendekatan yang lebih holistik.
Ia mengusulkan sejumlah langkah yang bisa diterapkan untuk mengatasi masalah penggunaan jebakan tikus listrik yang berbahaya.
"Pemerintah perlu lebih masif dalam melakukan edukasi dan sosialisasi kepada petani. Ada baiknya dilakukan penyuluhan secara berkala mengenai bahaya penggunaan jebakan tikus listrik, baik dari sisi keselamatan manusia maupun hewan, serta potensi kebakaran dan korsleting listrik," bebernya.
Di samping itu, sambung Tohom, edukasi tentang dampak negatif jebakan listrik terhadap lingkungan dan ekosistem juga sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dalam bertani.
"Juga perlu penyediaan alternatif yang aman dan efektif untuk mengendalikan hama tikus. Pemerintah bisa memfasilitasi distribusi perangkap tikus konvensional yang lebih aman, seperti perangkap kandang atau snap trap, dengan harga terjangkau," katanya.
Menurut Tohom yang juga anggota Aliansi Konsumen ASEAN ini, penguatan regulasi terkait penggunaan jebakan tikus listrik juga perlu dilakukan.
"Selain itu, pengawasan rutin di area pertanian jadi langkah penting dalam memastikan bahwa penggunaan jebakan listrik dapat ditekan seminimal mungkin," katanya lagi.
Tak sampai di situ, Tohom mengusulkan riset dan pengembangan dalam bidang pengendalian tikus.
"Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk mengembangkan teknologi pengendalian tikus yang lebih efektif dan aman, sehingga kita bisa merancang metode pengendalian yang lebih tepat sasaran," tuturnya.
Solusi-solusi ini, sebutnya, tidak hanya memberikan alternatif yang lebih aman, tetapi juga mendorong keberlanjutan dalam praktik pertanian.
"Kami optimis, dengan sinergi antara pemerintah, PLN, dan masyarakat, tragedi akibat jebakan tikus beraliran listrik dapat diakhiri," tutup Tohom.
[Redaktur: Mega Puspita]