KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Langkah ambisius Pemerintah Provinsi Bali untuk membangun pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) dan panel surya atap (PLTS atap) guna mendukung kemandirian energi mendapat apresiasi tinggi dari Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS).
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, menyebut inisiatif tersebut sebagai tonggak penting bagi kedaulatan energi daerah dan model ideal bagi provinsi lain.
Baca Juga:
Ricowaas Hadiri ASEAN Governors Forum di Kuala Lumpur, Ini yang Dibahas!
“Langkah Bali sangat progresif dan cerdas. Ketika banyak daerah masih terpaku pada pasokan dari pusat atau energi fosil, Bali justru memilih keluar dari ketergantungan, membangun kapasitasnya sendiri lewat energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan,” ujar Tohom, Senin (7/7/2025).
Menurutnya, pembangunan PLTG di tiga lokasi, Pesanggaran (2026), Gianyar (2027), dan Celukan Bawang (2028–2029), dengan total kapasitas 1.550 megawatt, merupakan langkah strategis yang tidak hanya menjamin suplai listrik, tetapi juga memperkuat resilien energi Bali dari ancaman eksternal.
“Yang dilakukan Bali ini bukan hanya soal penyediaan listrik, tapi membangun ketahanan energi yang sejati. Gas adalah batu loncatan menuju transisi energi, jauh lebih bersih dibanding batu bara. Bahkan, penolakan mereka terhadap penambahan pasokan dari Paiton yang menggunakan kabel bawah laut menunjukkan kepekaan terhadap risiko dan keberanian mengambil jalur mandiri,” papar Tohom.
Baca Juga:
Belum Ada Kepastian Dipensiunkan, ALPERKLINAS Sambut Baik Rencana Menteri ESDM Bangun PLTU Ramah Lingkungan
Ia menambahkan, keputusan Gubernur Bali untuk tidak lagi bergantung pada listrik dari Jawa patut dihargai, terlebih dengan alasan keamanan jaringan dan kelestarian lingkungan.
“Ketika Pak Gubernur Wayan Koster menyatakan bahwa kabel bawah laut rentan terganggu oleh arus besar dan lalu lintas kapal, itu bukan retorika. Itu realitas teknis yang sering diabaikan banyak pihak,” ungkapnya.
Lebih jauh, ALPERKLINAS menilai skenario pemasangan PLTS atap sebesar 500 MW di sektor-sektor vital seperti kantor pemerintah, hotel, restoran, dan perumahan sebagai langkah revolusioner yang akan mempercepat Bali menuju status zero emission province.