Menurutnya, masih banyak ruang penguatan terkait penyederhanaan proses layanan, peningkatan transparansi informasi gangguan, percepatan respons keluhan, serta edukasi publik terkait program ketenagalistrikan.
“Kita dorong PLN tidak sekadar mengejar efisiensi internal, tetapi juga memastikan setiap kebijakan dan inovasi berdampak nyata bagi kenyamanan pelanggan. Percuma internal bagus, tetapi masyarakat masih merasakan kesenjangan layanan di lapangan,” katanya.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Sambut Positif CSR PLN untuk Penguatan Sistem Persampahan Bumdes Barokah Mlirip, Malang
Lebih jauh, Tohom menilai pencapaian ini menjadi sinyal bagi PLN untuk memperluas kualitas layanannya secara merata, terutama di luar Jawa dan daerah dengan tingkat keandalan listrik yang masih berfluktuasi.
“Pegawai yang termotivasi dan merasa dihargai adalah aset. Tinggal bagaimana manajemen memastikan energi positif ini mengalir sampai ke ujung rantai layanan,” ucapnya.
Ia juga mengapresiasi transformasi budaya kerja PLN seperti GRC Culture, Collaboration & Performance Culture, hingga Customer Centric Culture yang disebut manajemen sebagai pilar menuju perusahaan kelas dunia.
Baca Juga:
Percepat Realisasi Energi Terbarukan di Indonesia, ALPERKLINAS: Segera Bangun Jaringan Transmisi
Namun Tohom menekankan pentingnya pelibatan konsumen dalam mengukur efektivitas budaya tersebut.
“Survei konsumen harus menjadi tolok ukur utama. Jika masyarakat merasakan perubahan, itu baru lengkap. Karena ukuran keberhasilan transformasi selamanya bukan hanya internal, melainkan persepsi publik,” tuturnya.
Sebelumnya, PLN menyampaikan bahwa penghargaan GPTW 2025 diraih berdasarkan hasil asesmen yang menunjukkan 92 persen pegawai menilai perusahaan sebagai tempat terbaik untuk bekerja, jauh melampaui ambang minimal 65 persen.