"Sistem marketplace internal yang dibangun oleh PLN EPI memungkinkan data produksi dan permintaan biomassa saling terkoneksi. Pihak pembangkit dapat melihat ketersediaan stok, sementara hub dan sub-hub dapat merespons permintaan dari PLTU dengan cepat dan transparan," jelasnya.
Selain itu, sistem ini juga secara khusus memantau progres pelaksanaan co-firing biomassa di masing-masing PLTU. Data dikumpulkan dan dianalisis oleh admin pusat PLN EPI untuk memastikan keberlanjutan program serta kecukupan pasokan bahan bakar alternatif di tiap wilayah.
Baca Juga:
Lewat Transformasi Digital, PLN EPI Perkuat Tata Kelola Energi Primer
Keberadaan sistem ini, tegas Iwan, ditujukan menjadi tulang punggung strategi ketahanan energi nasional berbasis sumber daya lokal. PLN EPI berkomitmen menghubungkan kebutuhan industri energi dengan kekuatan ekonomi desa.
"Lewat sistem ini, kami membangun jembatan antara PLTU dan petani. Energi tak lagi sekadar urusan teknologi, tapi juga gotong royong," ujarnya.
Aplikasi ini dibangun dengan sistem berbasis web apps dan mobile apps, dan dapat diakses oleh seluruh aktor dalam rantai pasok. Petani mitra maupun petani mandiri dapat menginput data panen dan limbah langsung dari ponsel pintar.
Baca Juga:
Lewat Transformasi Digital, PLN EPI Perkuat Tata Kelola Energi Primer
Sub-hub mengelola dan memverifikasi data tersebut melalui dasbor web. Sementara itu, tim admin pusat PLN EPI memantau dan mengatur kebutuhan distribusi sesuai kebutuhan operasional pembangkit.
"Digitalisasi biomassa ini menjadi bagian penting dari roadmap PLN EPI dalam mendukung bauran energi bersih, sejalan dengan target transisi energi berkeadilan dan pengurangan emisi karbon Indonesia secara bertahap," pungkasnya.
[Redaktur: Mega Puspita]