"Kami berharap aplikasi ini dapat memperluas keterlibatan masyarakat dalam ekonomi energi baru terbarukan, sekaligus mendukung program dekarbonisasi PLN secara masif dan terukur," tandasnya.
Disisi lain, Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara menambahkan, sistem ini dirancang tidak hanya untuk efisiensi suplai energi, tetapi juga untuk memperkuat peran masyarakat lokal dalam transisi energi nasional.
Baca Juga:
Lewat Transformasi Digital, PLN EPI Perkuat Tata Kelola Energi Primer
"Kami ingin menciptakan model penyediaan energi dari rakyat untuk rakyat. Melalui biomassa, kita bisa menurunkan emisi sekaligus menghidupkan ekonomi kerakyatan. Ini bagian dari ikhtiar kita menuju Net Zero Emissions 2060 dengan semangat keadilan," tuturnya.
Pada fase pertama, jelas Iwan, sistem difokuskan pada proses monitoring penanaman, pendataan hasil panen sampai pada pengiriman ke titik pengumpulan.
Selanjutnya, seluruh hasil panen dicatat secara digital melalui akun petani di aplikasi seluler yang telah disediakan PLN EPI. Tidak hanya hasil tanam, sistem juga mencatat pengumpulan bahan baku biomassa berbasis limbah seperti ranting, batang, dan sisa pertanian lainnya dari masyarakat yang tidak memiliki kerjasama formal dengan PLN EPI.
Baca Juga:
Lewat Transformasi Digital, PLN EPI Perkuat Tata Kelola Energi Primer
Setelah proses panen atau pengumpulan limbah selesai, hasilnya dikirimkan ke titik pengumpulan regional yang disebut Sub-Hub, dimana data penerimaan diverifikasi secara digital. Dari Sub-Hub inilah biomassa akan diteruskan ke fasilitas produksi yang disebut Hub untuk kemudian didistribusikan ke pembangkit.
Memasuki fase kedua, lanjut dia, sistem mulai melakukan pendataan dan pengendalian pengiriman bahan baku produksi ke hub dan realisasi pengiriman biomassa ke PLTU.
Pada tahap ini, semua aktivitas produksi biomassa yang terkonsolidasi di hub dicatat secara real time, termasuk pergerakan logistik ke pembangkit yang dikemas dengan sistem transaksional marketplace.