Konsumenlistrik.com | Pemerintah Indonesia menargetkan 53 fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) mineral terbangun dan beroperasi pada 2024 mendatang.
Banyaknya smelter yang akan beroperasi tersebut, maka tentunya ini membutuhkan listrik dengan kapasitas besar.
Baca Juga:
Pabrik Narkotika di Rumah Mewah Kota Serang Digerebek, BNN Buru Pelaku Utama
Tak tanggung-tanggung, kebutuhan listrik untuk mengoperasikan smelter nikel, bauksit, tembaga, besi, mangan, hingga timbal dan seng tersebut diperkirakan mencapai 5.600 Mega Watt (MW) atau 5,6 Giga Watt (GW).
Ini artinya, kebutuhan listrik tersebut setara dengan sekitar 6 unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara skala raksasa. Seperti diketahui, satu unit PLTU skala besar bisa mencapai 1.000 MW seperti halnya PLTU Batang di Jawa Tengah berkapasitas 2 x 1.000 MW yang dibangun PT PT Bhimasena Power Indonesia, perusahaan konsorsium yang dimiliki oleh PT Adaro Power bersama Electric Power Development Co. Ltd. (J-Power) dan Itochu Corporation.
Perkiraan kebutuhan listrik untuk smelter tersebut diungkapkan oleh Sugeng Mujiyanto, Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Selasa (12/04/2022).
Baca Juga:
Mengenal Kwa Wan Hong Sosok Dibalik Hadirnya Pabrik Es Batu Pertama Kali di Indonesia
"Kita merencanakan 53 smelter, kebutuhan energi total untuk smelter diperkirakan 5,6 Giga Watt (GW)," tuturnya dalam sebuah diskusi 'Kesiapan PLN dan Pemerintah dalam Mendukung Kesuksesan Industri Smelter', Selasa (12/04/2022).
Dia menyebut, di Maluku Utara misalnya, dibutuhkan listrik sekitar 1,5 GW, smelter tembaga juga butuh sekitar 1 GW, dan lainnya.
"Diharapkan PLN bisa menyediakan listrik untuk smelter-smelter ini," ucapnya.