Ia menilai penting adanya peta jalan yang realistis, termasuk peningkatan kapasitas SDM di sektor energi.
“Kita harus mengantisipasi lonjakan kebutuhan daya seiring pertumbuhan ekonomi digital dan elektrifikasi kendaraan. PLN tidak boleh bekerja sendiri, kolaborasi dengan masyarakat dan dunia usaha adalah kunci,” tutur Tohom.
Baca Juga:
Ikut Partisipasi Kurangi Emisi Karbon, ALPERKLINAS Apresiasi Langkah Wings Group Pasang PLTS Atap di 8 Pabriknya
Lebih lanjut, Tohom menilai bahwa keberhasilan PLN mencapai target 75 persen EBT akan menjadi simbol keadilan energi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ia mengutip pernyataan Dirut PLN Darmawan Prasodjo yang menargetkan seluruh daerah di Indonesia harus terang pada 2029.
“Itu bukan sekadar mimpi, tapi komitmen moral untuk mewujudkan keadilan sosial di sektor energi. Tidak boleh ada lagi warga yang hidup dalam kegelapan di era digital ini,” ujarnya menekankan.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dorong Pemerintah dan PLN Manfaatkan Semua Bendungan di Indonesia untuk PLTS
Tohom menambahkan, kebijakan energi hijau PLN juga dapat memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi global terkait isu perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.
“Kita bisa menjadi role model di Asia Tenggara. Indonesia punya potensi besar, dan bila dikelola dengan visi keberlanjutan, dunia akan melihat kita bukan lagi sebagai konsumen energi, tetapi produsen energi bersih,” pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan bahwa selama 10 tahun ke depan akan ada tambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 gigawatt (GW), dan 75 persennya akan berbasis energi baru terbarukan sesuai arahan Menteri ESDM dan Presiden.