Ia menilai, langkah Grand Indonesia sekaligus membuktikan bahwa investasi energi hijau memiliki prospek ekonomi. Dengan nilai investasi Rp15–20 miliar, efisiensi listrik hingga 2% sudah bisa dirasakan.
“Dalam bisnis properti skala raksasa, angka 2% itu sangat signifikan. Jadi argumen bahwa energi hijau mahal dan tidak efisien jelas terpatahkan,” kata Tohom.
Baca Juga:
Target Konsumsi Minyak dan Batu Bara RI, Mulai 2030 Pelan-Pelan Disunat
Lebih jauh, Tohom yang juga Wakil Ketua Aliansi LSM Jakarta ini mengingatkan bahwa transisi energi tidak boleh berhenti pada slogan, melainkan harus diikuti oleh komitmen dari semua sektor.
“Kalau mal, hotel, dan perkantoran besar saja sudah bisa menerapkan, maka pemerintah daerah wajib mendorong penerapan yang sama di fasilitas publik. Dengan begitu, masyarakat bisa melihat langsung perubahan nyata menuju kota berkelanjutan,” tegasnya.
Sebelumnya, Head of Corporate Communications Grand Indonesia, Annisa Hazarini, mengatakan PLTS atap ini merupakan bagian dari Sustainability Program jangka panjang Grand Indonesia.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dorong Pemerintah dan PLN Manfaatkan Semua Bendungan di Indonesia untuk PLTS
Instalasi ini diperkirakan setara dengan penanaman 52.960 pohon dan menjadi simbol bahwa pusat perbelanjaan besar di Jakarta bisa ramah lingkungan.
Sementara itu, Presiden Direktur iForte Energi Nusantara, Mohamad Iwan, menyebut proyek ini memberi pesan kuat kepada jutaan pengunjung Grand Indonesia bahwa energi bersih itu mungkin, penting, dan ekonomis.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]