KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO - Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) memberikan apresiasi terhadap langkah Grand Indonesia yang baru saja meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap berkapasitas 1,4 megawatt peak (MWp).
Pemasangan ini tercatat sebagai yang terbesar di Jakarta untuk kategori gedung komersial dan dipandang sebagai tonggak penting dalam mendorong transisi energi di ibu kota.
Baca Juga:
Target Konsumsi Minyak dan Batu Bara RI, Mulai 2030 Pelan-Pelan Disunat
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, menegaskan bahwa inisiatif Grand Indonesia ini harus menjadi contoh nyata bagi gedung-gedung besar lain di Jakarta maupun kota-kota besar lain di Indonesia.
“Grand Indonesia menunjukkan bahwa teknologi energi hijau bukan sekadar wacana, tetapi bisa diterapkan secara konkret tanpa mengganggu operasional bisnis. Justru ada nilai tambah berupa penghematan energi sekaligus citra ramah lingkungan,” ujar Tohom di Jakarta, Jumat (26/9/2025).
Menurutnya, kapasitas 1,4 MWp yang dipasang mampu menghasilkan energi listrik sekitar 1,7 juta kWh per tahun dan berkontribusi mengurangi emisi karbon hingga 1.500 ton CO2.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dorong Pemerintah dan PLN Manfaatkan Semua Bendungan di Indonesia untuk PLTS
“Angka ini bukan kecil. Jika setiap gedung komersial berskala besar melakukan hal serupa, dampaknya bisa eksponensial bagi pengendalian emisi dan target Net Zero Emission 2060,” tambahnya.
Tohom juga menekankan bahwa pemerintah perlu memberikan insentif lebih jelas bagi sektor swasta yang berinvestasi di PLTS atap.
“Subsidi atau keringanan pajak bisa menjadi pemicu percepatan. Jangan biarkan hanya segelintir perusahaan besar yang bergerak. Konsumen listrik, dalam arti luas, juga diuntungkan karena beban energi fosil akan berkurang,” jelasnya.
Ia menilai, langkah Grand Indonesia sekaligus membuktikan bahwa investasi energi hijau memiliki prospek ekonomi. Dengan nilai investasi Rp15–20 miliar, efisiensi listrik hingga 2% sudah bisa dirasakan.
“Dalam bisnis properti skala raksasa, angka 2% itu sangat signifikan. Jadi argumen bahwa energi hijau mahal dan tidak efisien jelas terpatahkan,” kata Tohom.
Lebih jauh, Tohom yang juga Wakil Ketua Aliansi LSM Jakarta ini mengingatkan bahwa transisi energi tidak boleh berhenti pada slogan, melainkan harus diikuti oleh komitmen dari semua sektor.
“Kalau mal, hotel, dan perkantoran besar saja sudah bisa menerapkan, maka pemerintah daerah wajib mendorong penerapan yang sama di fasilitas publik. Dengan begitu, masyarakat bisa melihat langsung perubahan nyata menuju kota berkelanjutan,” tegasnya.
Sebelumnya, Head of Corporate Communications Grand Indonesia, Annisa Hazarini, mengatakan PLTS atap ini merupakan bagian dari Sustainability Program jangka panjang Grand Indonesia.
Instalasi ini diperkirakan setara dengan penanaman 52.960 pohon dan menjadi simbol bahwa pusat perbelanjaan besar di Jakarta bisa ramah lingkungan.
Sementara itu, Presiden Direktur iForte Energi Nusantara, Mohamad Iwan, menyebut proyek ini memberi pesan kuat kepada jutaan pengunjung Grand Indonesia bahwa energi bersih itu mungkin, penting, dan ekonomis.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]