Dia mengatakan korupsi dan kurangnya kemauan politik telah melumpuhkan kebijakan energi di negara tersebut.
"Bila biaya energi dan listrik sangat tinggi, maka demikian pula dengan biaya hidup akan jadi tinggi," ujarnya.
Baca Juga:
ESDM Pastikan Tarif Listrik Oktober–Desember Tidak Naik, Subsidi Tetap Jalan
"Jadi pengusaha sulit untuk berkembang, karena harga bahan bakar yang begitu tinggi. Energi adalah penggerak utama pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Tanpa energi kita kembali ke Abad Kegelapan," tutur Peter Kenilorea.
Rp 90 juta sebulan untuk mesin es Direktur divisi energi Pemerintah Kepulauan Solomon John Korinihona menolak tuduhan korupsi atau kepentingan pribadi sebagai penyebab mahalnya tarif listrik.
Dia menyebut pemerintah telah berencana menurunkan tarif listrik untuk membantu mengurangi biaya hidup. Namun, pengalaman seorang pengusaha, Craig Day, menunjukkan betapa mahalnya tarif listrik di negara ini.
Baca Juga:
AALPERKLINAS: Pemerintah Jangan Buru-buru Pangkas Subsidi Listrik Sebelum Tarif Terjangkau bagi Konsumen Ekonomi Lemah
Craig menjalankan usaha pompa bensin dan akomodasi di ibu kota selama 50 tahun, dan terpaksa menutup usaha barunya karena biaya listrik yang tinggi.
"Kami terpaksa melepas AC pendingin dan menutup mesin produksi es," ujarnya. "Mesin-mesin itu saja, menelan biaya Rp 90 juta untuk menjalankan produksi es," kata Craig.
Pemerintah Solomon mengatakan, kini sedang mengusahakan solusi mengatasi mahalnya tarif listrik.