Menurut NFTexplained, rata-rata rumah di semua negara bagian AS menghabiskan energi sekitar 30 kWh per hari. Dengan asumsi tersebut, diperkirakan NFT di jaringan Ethereum menggunakan 2,5 kali lebih banyak listrik dibanding rata-rata rumah di AS per harinya.
Dengan algoritma proof of work, para miner atau penambang kripto bersaing untuk melakukan validasi NFT dengan memperebutkan hak untuk membuat block dalam sistem blockchain di waktu bersamaan.
Baca Juga:
Startup Britishvolt Kembangkan Baterai untuk Mobil Sport Listrik Lotus
Mereka bersaing untuk mendapatkan komisi yang disebut "biaya gas" di mana besaran komisi tersebut bergantung pada jumlah pengguna yang bertransaksi di jaringan Ethereum.
Artinya, semakin banyak orang yang terlibat, semakin tinggi pula komisi yang didapatkan.
Namun, hanya ada satu penambang yang dapat memecahkan teka teki algoritma di blockchain. Mereka yang sukses memecah teka teki algoritma akan mendapatkan komisi, sementara penambang lainnya yang kalah cepat, tidak mendapat komisi sama sekali.
Baca Juga:
Setoran Sampai 16.5%, KPK Terima Dokumen Proyek dari Beberapa Kepala Dinas di Langkat
Penambang yang tidak beruntung, di mana jumlahnya lebih banyak, hanya berkontribusi terhadap pemborosan energi dalam jumlah yang besar.
Jadi pada dasarnya, proses pertukaran data yang melibatkan ribuan penambang untuk memverifikasi transaksi secara bersamaan inilah yang membutuhkan banyak energi.
Ada yang lebih hemat energi Ada pula NFT yang dicetak di blockchain lain dengan algoritma konsesus proof of stake yang membutuhkan lebih sedikit energi.