Dihimpun KompasTekno dari NFTexplained, Jumat (27/1/2022) Ethereum menggunakan algoritma konsesus yang membutuhkan banyak energi atau disebut proof of work.
Algoritma konsensus sendiri adalah mekanisme dalam sistem blockchain untuk menyetujui adanya tambahan data baru.
Baca Juga:
Startup Britishvolt Kembangkan Baterai untuk Mobil Sport Listrik Lotus
Dalam hal ini adalah tanda terima digital yang akan dicatat di dalam blockchain tersebut. Sementara proof of work adalah proses di mana para penambang bersaing satu sama lain untuk menjadi orang pertama yang dapat memvalidasi tanda terima digital di dalam blockchain.
Untuk menjadi menjadi orang pertama yang memverifikasi, penambang harus memecahkan algoritma rumit.
Untuk memecahkan algoritma rumit itu diperlukan perangkat atau komputer yang mumpuni, karena pemrosesan data harus dilakukan dengan cepat.
Baca Juga:
Setoran Sampai 16.5%, KPK Terima Dokumen Proyek dari Beberapa Kepala Dinas di Langkat
Inilah yang membutuhkan banyak energi untuk melakukan validasi terhadap tanda terima digital NFT di sebuah blockchain.
Ethereum membutuhkan sekitar 48 kWh untuk mencetak NFT menggunakan proses proof of work. Energi ini setara dengan kebutuhan daya rumah di Amerika Serikat (AS) selama 1,5 hari.
Analis memperkirakan dalam proses jual beli NFT di jaringan Ethereum, rata-rata mengonsumsi daya sekitar 75 KWh untuk satu transaksi transaksi secara keseluruhan.