Sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, mengatakan bahwa pengembangan pembangkit listrik tenaga surya dilakukan karena Indonesia memiliki potensi besar dengan intensitas panas matahari yang tinggi.
“Kita dianugerahi panas yang cukup di negara kita, sehingga kita dorong PLTS 17,1 GW, termasuk PLTS terapung seperti di Cirata, yang sudah terbukti sukses,” ujar Jisman dalam keterangan persnya, beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
Tiap Bulan Ditagih dari Konsumen Listrik, ALPERKLINAS Dukung Masyarakat Tuntut Transparansi Pemkab Lebong Bengkulu Terkait Penggunaan Pajak Penerangan Jalan
Berdasarkan dokumen RUPTL, dari total 69,5 GW penambahan kapasitas pembangkit hingga 2034, sebanyak 42,6 GW berasal dari EBT, 10,3 GW dari sistem penyimpanan energi, dan 16,6 GW dari pembangkit berbasis energi fosil.
[Redaktur: Mega Puspita]