KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO - Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) merespons serius tantangan yang dilontarkan PT PLN (Persero) kepada Institut Teknologi PLN (ITPLN) agar mengambil peran strategis dalam percepatan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034.
Menurut ALPERKLINAS, momen ini seharusnya tidak hanya dijadikan seremoni akademik, tetapi menjadi pintu masuk bagi ITPLN untuk bertransformasi menjadi pusat pengembangan solusi praktis bagi percepatan proyek ketenagalistrikan nasional.
Baca Juga:
Ikut Partisipasi Kurangi Emisi Karbon, ALPERKLINAS Apresiasi Langkah Wings Group Pasang PLTS Atap di 8 Pabriknya
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba menegaskan bahwa ITPLN tidak boleh hanya berdiri sebagai lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan, tetapi harus menjelma menjadi katalis teknis yang mampu mengisi kekosongan eksekusi program RUPTL, terutama dalam penguatan SDM dan rekayasa teknis.
“Kalau PLN sudah menantang secara terbuka, maka ITPLN harus menjawabnya dengan kesiapan konkret, bukan hanya jargon akademik. Dunia ketenagalistrikan menuntut kecepatan eksekusi, bukan sekadar seminar,” ujar Tohom, Sabtu (11/10/2025).
Ia menambahkan, akselerasi RUPTL tidak akan berjalan maksimal jika hanya bertumpu pada unit eksekusi di internal PLN tanpa dukungan lembaga penghasil teknokrat seperti ITPLN.
Baca Juga:
Pendanaan Fosil Dunia Turun 78 Persen, Tapi Jerman dan AS Masih Gelontorkan Dana
Menurutnya, sinergi ini harus diwujudkan dalam bentuk program insersi tenaga ahli muda ITPLN ke proyek-proyek strategis PLN, sehingga kampus ini tidak hanya menjadi penonton, tetapi menjadi bagian dari arsitek percepatan transisi energi nasional.
Tohom juga menyoroti pesan Direktur Legal dan Manajemen Human Capital PLN, Yusuf Didi Setiarto, yang menegaskan bahwa ITPLN harus mampu menangkap rangkaian bisnis dari perencanaan hingga pengadaan.
Menurutnya, pernyataan tersebut adalah kode keras bahwa PLN membutuhkan dukungan teknis langsung dari kampus dalam bentuk riset siap pakai, bukan hanya kajian teoritis.
“Jangan sampai ITPLN hanya memproduksi skripsi dan jurnal yang tidak pernah menyentuh realitas lapangan. Era RUPTL baru menuntut kampus untuk turun ke lini proyek, bukan hanya berhenti di laboratorium,” tegas Tohom.
Tohom yang juga CEO dan Pendiri Wahana News Group ini menambahkan bahwa ITPLN punya modal sosial dan teknis yang unik dibanding perguruan tinggi lainnya karena memiliki akses langsung pada ekosistem PLN.
Namun, akses itu harus diikuti dengan keberanian membangun unit task force khusus untuk mendampingi percepatan RUPTL.
“Kalau ITPLN berani menyusun tim respons cepat bidang engineering dan risk management, maka bukan hanya PLN yang diuntungkan, tetapi Indonesia akan memiliki pusat cadangan teknokrat untuk transisi energi yang lebih mandiri,” ungkapnya.
Lebih jauh, Tohom menegaskan bahwa publik sebagai konsumen listrik berkepentingan penuh atas keberhasilan RUPTL 2025-2034.
Ia mengingatkan bahwa setiap keterlambatan eksekusi program RUPTL pada akhirnya akan berdampak pada tarif, reliabilitas pasokan, dan kecepatan akses energi di daerah.
Karena itu, ia mendorong ITPLN untuk membuka dashboard capaian riset dan performa kontribusi nyata kepada publik sebagai bentuk akuntabilitas akademik.
“Kalau ITPLN berani transparan soal capaian kontribusinya terhadap RUPTL, maka tingkat kepercayaan publik akan meningkat drastis. Ini sekaligus akan menempatkan ITPLN tidak hanya sebagai kampus teknik, tetapi sebagai pusat legitimasi teknis nasional,” pungkasnya.
[Redaktur: Mega Puspita]