Pemerintah berkomitmen memastikan terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20 akan memberikan dampak signifikan bagi perkembangan percepatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
"Kita harus bisa membuat suatu program transisi energi ini memberikan manfaat bukan suatu beban, memberikan potensi pembukaan ekonomi baru berdampak pada masyarakat luas, mitigasi terhadap biaya, pertumbuhan tenaga kerja hingga industri lokal," tegas Arifin.
Baca Juga:
Tak Hanya Listrik Andal, Jaringan Internet PLN Turut Sukseskan Rangkaian ETWG hingga ETMM G20
Arifin menyoroti bagaimana pemanfaatan EBT melalui pembangunan masif Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap serta teknologi efisiensinya. Di samping itu, terdapat pula konversi motor listrik hingga pemanfaatan biooenergi.
"Dengan B30 semua produk-produk sawit kita termanfaatkan. Ke depannya kita akan melakukan bioavtur, biogasoline yang sedang dalam proses scale up," ungkapnya.
Dampak percepatan EBT ini diharapkan juga mampu membantu mempercepat pencapaian target bauran EBT 23% di tahun 2025. Hal ini sesuai sebagaimana disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan kusdiana.
Baca Juga:
Sambut Era EV, Kementerian ESDM dan PLN Gelar Parade Motor Listrik di Bali
"Kita tunjukkan kepada negara G20 kita telah siap dari sisi regulasi. Apalagi potensi yang besar di kita dari sisi sumber daya EBT maupuan (permintaan) demand. Kita siap memberikan sistem atau mekanisme untuk investasi yang kondusif. Sehingga nanti kita siap tunjukkan kepada tamu G20, kita bisa memastikan capaian (bauran EBT) 23% di tahun 2025 dan 29% penurunan emisi di 2030 melalui kerja sama dengan negara G20 atau mitra negara lainnya," ungkap Dadan.
Apabila proses transisi energi berjalan lancar, diharapkan mampu memudahkan seluruh negara termasuk Indonesia mencapai NZE sekaligus mencapai target pemulihan ekonomi global. "Ini akan menjadi konsensus bersama jika semua negara terlibat. Apalagi peran Indonesia sangat penting mengingat tiga tahun ke depan yang menjadi tuan rumah G20 adalah negara-negara berkembang," jelas Co-Chair ETWG Prahoro Yulijanto.
Salah satu keunikan dari tema Presidensi G20 Indonesia adalah mengangkat permasalahan-permasalahan archipelago state (negara kepulauan).