Ia menambahkan, penyebab kebocoran umumnya bermula dari kelalaian sederhana yang bisa dicegah, seperti kabel tua yang tak layak pakai, pemasangan sambungan sembarangan, hingga penggunaan kabel stop kontak bertumpuk.
Semua itu, menurutnya, memperbesar risiko sengatan dan bahkan kebakaran listrik.
Baca Juga:
Jadi Objek Vital Kelistrikan, ALPERKLINAS Desak Pemerintah dan PLN Pasang Anti Petir di Semua Pembangkit Listrik
“Banyak masyarakat masih mengandalkan logika irit dan praktis dalam instalasi listrik, tanpa sadar bahwa mereka sedang menanam bom waktu. Kita tidak boleh bermain-main dengan listrik,” imbuhnya.
Tohom yang juga Pendiri Komunitas Peduli Ketenagalistrikan Indonesia (Kopeklin) menekankan pentingnya peran edukasi berkelanjutan untuk menumbuhkan budaya sadar listrik yang aman dan bertanggung jawab.
“Selama ini, edukasi soal kelistrikan masih elitis dan terbatas pada kalangan teknisi. Padahal pengguna listrik terbesar adalah masyarakat awam,” ujar Tohom.
Baca Juga:
PLN Beri Diskon Tambah Daya Listrik 50 Persen, Begini Caranya
Ia pun mendorong kolaborasi antara PLN, pemerintah daerah, sekolah, dan organisasi masyarakat sipil untuk membentuk komunitas sadar listrik di tingkat lokal.
“Keselamatan kelistrikan tidak bisa diserahkan ke satu pihak saja. Ini harus menjadi gerakan bersama. Keselamatan bukan pilihan, tapi kewajiban. Dan di era listrik jadi kebutuhan utama, kita tidak boleh lengah barang sedikit pun,” katanya.
Sebelumnya, SPV Teknik PLN ULP Sawangan Depok, Yudhi Maharsa Jaya, juga menyoroti bahaya kebocoran listrik yang kerap tak terlihat namun sangat mematikan.