“Ini bukan hanya tentang menarik investasi, tetapi juga tentang membangun kepercayaan publik. Pemerintah harus menunjukkan bahwa mereka mampu mengelola teknologi nuklir dengan aman dan bertanggung jawab,” tegas Tohom Purba.
Eniya juga menjelaskan bahwa model investasi atau kerja sama dalam pengembangan energi nuklir memerlukan perhatian khusus. "Ini learning dari beberapa negara, itu masalah nuklir ini ada yang G to G, ada yang B to G gitu ya, ada financial structure yang kolaborasi dari beberapa government juga ada. Jadi sangat kompleks sekali, satu financial structure," jelasnya.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi PLN UID Jakarta Raya yang Sukses Jaga Keandalan Listrik Salat Idul Fitri 1446 H di Masjid Istiqlal
"Kedua tentang multi-location, jadi karena mengingat ada, yang kedua multi-country maksudnya multilateral collaboration, yang ketiga baru multi-location. Jadi kita tidak, karena kita negara non-block ya, kita membuka semua kerjasama ke berbagai negara," lanjutnya.
Dengan meningkatnya perhatian terhadap sektor tenaga nuklir, ALPERKLINAS juga meminta adanya koordinasi yang lebih baik antara pemerintah, investor, dan lembaga independen untuk meminimalkan risiko dan memastikan bahwa pemanfaatan nuklir memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat tanpa mengorbankan keselamatan atau lingkungan.
[Redaktur: Amanda Zubehor]