Konsumenlistrik.com | Harga batu bara dalam hal ini ICE Newcastle (Australia) mengalami lonjakan kenaikan yang cukup signifikan.
Sampai pada Kamis (3/3/2022) harga batu bara yang menjadi rujukan dunia itu mencapai US$ 358,45/ton meskipun turun 19,63% dibandingkan posisi penutupan Rabu (2/3/2022) di US$ 446/ton.
Baca Juga:
Ratu Batu Bara Tan Paulin Diperiksa KPK di Kasus Rita Widyasari
Melansir dari CNBC Indonesia lonjakan harga batu bara sejatinya menjadi keuntungan bagi para perusahaan batu bara, khususnya para perusahaan eksportir batu bara.
Nah, dikhawatirkan melambungnya harga batu bara ini menjadi momentum para perusahaan batu bara untuk 'gila-gilaan' melakukan ekspor tanpa memperdulikan kegiatan suplai domestik (Domestic Market Obligation/DMO).
Dengan harga yang tinggi ini, tentunya ada gap harga yang besar antara harga pasar dengan harga batu bara dalam negeri yang hanya mencapai US$ 70 per ton saja.
Baca Juga:
KPK Ungkap Eks Bupati Kukar Dapat US$5 per Matrik Ton dari Perusahaan Batu Bara
Oleh karena gap yang terlalu besar ini, pemerintah diminta untuk waspada adanya kelangkaan batu bara untuk dalam negeri khususnya pembangkit dalam negeri.
Pengamat Hukum Sumber Daya dari Universitas Tarumanegara (Untar) Ahmad Redi menyampaikan bahwa pemerintah harus mewaspadai fenomena tingginya harga batu bara dunia ini.
Agar tidak terjadi kelangkaan pasokan di dalam negeri seperti yang terjadi pada awal tahun 2022 kepada PT PLN (Persero).