Harris, Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan saat ini pendaftaran peserta sudah ditutup dan pemerintah tengah mengevaluasi satu perusahaan yang telah mendaftarkan diri untuk menggarap WPSPE Cianjur ini.
"Beberapa perusahaan menyatakan ketertarikan, namun yang memasukkan dokumen penawaran sesuai tata waktu hanya satu. Sekarang memasuki tahapan evaluasi," ucapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (23/03/2022).
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Meski akhirnya hanya satu perusahaan yang mendaftar, namun menurutnya pihaknya tidak memperpanjang durasi pendaftaran. Dengan demikian, hanya satu perusahaan yang kini dievaluasi untuk bisa disetujui pemerintah atau tidak.
"Ini investor lokal," ujarnya.
Walau pendaftaran sudah ditutup dan kini dalam tahap evaluasi, namun menurutnya pengumuman pemenang dan waktu pelaksanaan survei pendahuluan WPSPE Panas Bumi di Cianjur ini masih ada beberapa tahap lagi yang harus dilalui ke depannya, salah satunya yaitu calon investor harus menyetor biaya jaminan eksplorasi yakni berupa Standby Letter of Credit(SBLC) senilai US$ 500 ribu atau sekitar Rp 7,15 miliar (asumsi kurs Rp 14.300 per US$).
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
"Standby Letter of Credit untuk jaminan eksplorasi senilai US$ 500 ribu," pungkasnya.
Dengan dilakukannya penawaran wilayah kerja panas bumi ini, maka diharapkan pengembangan panas bumi menjadi sumber listrik di Tanah Air semakin meningkat. Pasalnya, hingga akhir 2021 kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Indonesia tercatat baru sebesar 2.276,9 Mega Watt (MW), hanya naik 146,2 MW dari total kapasitas terpasang pada 2020 yang sebesar 2.130,7 MW.
Artinya, total kapasitas terpasang PLTP RI hingga akhir 2021 baru sekitar 9,5% dari total sumber daya yang ada. Dengan demikian, masih banyak potensi panas bumi di Tanah Air yang belum dimanfaatkan. [tum]