Samirin, petani dari Desa Kasreman memilih tidak menanami lahan sawah sewaan miliknya di musim tanam ketiga. Ini karena hampir seluruh petani yang menggarap sawah di sekitar jalur tol melakukan hal yang sama untuk menghindari gagal panen karena serangan hama tikus.
Tikus di sekitar Desa Kasreman banyak yang bersarang di siring jalan tol sehingga petani kesulitan membasminya karena tidak bisa masuk ke kawasan tol.
Baca Juga:
Hadir Pada General Annual Meeting di Dakar Senegal Tahun 2014, Awal Bergabungnya ALPERKLINAS Ke FISUEL International
“Saking parahnya, hama tikus saya biarin sawahnya, tidak saya tanami karena kemarin habis sama tikus,” katanya. Bagi Samirin dan Sugito panen padi di sawah garapan yang mereka sewa sangat berarti untuk menutup modal yang dikeluarkan untuk sewa dan menggarap sawah.
Sugito mengatakan, setiap tahun dia harus mengeluarkan biaya Rp 40 juta untuk sewa dan menngolah lahan, hingga membeli pupuk.
“Jadi gampangannya itu panen ketiga itulah untungnya petani. Kalau habis sama tikus kami mau makan apa? Habis kami,” katanya.
Baca Juga:
Dukung Sektor Pariwisata, PLN Distribusi Jakarta Listriki Hotel Travello
Sementara Samirin menilai petani saat ini kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Belum lagi jika gagal panen ditambah tidak mendapat bantuan kompensasi apapun dari pemerintah. Petani juga tidak pernah mendapat kompensasi pandemi Covid-19 seperti profesi lainnya.
“Siapa bilang kami tidak terdampak Covid-19? Tapi kami tidak pernah mendapat bantuan,” ujarnya.
Sugito mengaku tidak ada solusi yang ditawarkan pemerintah daerah terkait hama tikus yang terjadi sampai saat ini. Tentu saja petani akan dengan senang hati mematuhi imbauan pemerintah jika ada cara lebih efektif untuk membasmi tikus.