ALPERKLINAS juga mengungkapkan bahwa keberadaan Bali sebagai pusat pertumbuhan konsumen listrik, seharusnya menjadi argumen kuat bagi pemerintah untuk menetapkan rasio cadangan nasional minimal 25 persen di daerah-daerah Obvitnas.
“Ini menyangkut perlindungan konsumen dalam arti luas, yaitu rakyat dan pelaku usaha pariwisata,” tutur Tohom.
Baca Juga:
Atasi Sampah lewat Program 'Zero Waste Warriors', ALPERKLINAS Apresiasi Peran PLN
Sebelumnya, General Manager PLN UID Bali, Eric Rossi Priyo Nugroho, mengatakan pihaknya terus memperkuat sistem pengamanan aset kelistrikan sebagai bagian dari strategi menyeluruh menjaga keandalan pasokan, terutama bagi infrastruktur yang telah dikategorikan sebagai Obvitnas.
“Kami membekali personel dengan sistem manajemen pengamanan yang sesuai standar nasional, agar pelayanan pelanggan tetap prima,” katanya.
Senada, Direktur Pam Obvit Mabes Polri Brigjen Pol Suhendi mengingatkan bahwa pengamanan kelistrikan harus dibangun sebagai sistem jangka panjang yang berkelanjutan.
Baca Juga:
Pasok Listrik untuk 2 Juta Pelanggan dengan Energi Bersih Tenaga Panas Bumi, ALPERKLINAS Apresiasi Kesiapan Pertamina Geothermal
Sementara itu, Komang Teddy Indra Kusuma dari PLN UP2B Bali menyebutkan bahwa pertumbuhan konsumsi listrik Bali pada 2024 mencapai 17 persen, tertinggi secara nasional.
Namun ia mengakui bahwa ketergantungan Bali terhadap pasokan dari Jawa masih tinggi, mencapai 30 persen, dan pembangkit lokal mayoritas masih berbasis BBM.
“Kami sangat mendukung program Bali Mandiri Energi. Tapi kondisi saat ini masih belum cukup andal untuk benar-benar terpisah dari Jawa,” kata Komang.