Analis Kelistrikan Asia EMBER Achmed Edianto mengatakan pemerintah Indonesia harus memaksimalkan energi matahari dan angin seperti yang dilakukan oleh China, India, dan sebagian besar negara-negara di dunia.
Ini karena harga bahan bakar fosil melambung tinggi. Sedangkan, harga energi surya dan angin tetap rendah dan menyediakan energi lokal yang terjangkau.
Baca Juga:
Layanan SuperSUN PLN, Inovasi Listrik Bersih 24 Jam, Dukung Kemajuan Masyarakat Kepulauan di Sulawesi Selatan
"Energi surya dan angin mulai berkembang di seluruh Asia Tenggara, tetapi target yang lebih agresif dan eksekusi yang tepat waktu diperlukan untuk memanfaatkan potensi yang besar. Pemerintah perlu meninjau ulang rencana energi 2030," kata Achmed.
Menurutnya, energi surya dan angin akan menjadi tulang punggung sistem kelistrikan dunia di masa depan. Namun, rencana kelistrikan di negara-negara Asean saat ini tidak mencerminkan hal tersebut.
Laporan Net Zero IEA menunjukkan 40 persen pasokan listrik global harus berasal dari surya dan angin pada 2030. Rencana pembangunan energi surya dan angin yang lebih ambisius di ASEAN diperlukan untuk menyelaraskan dengan tujuan 1,5 derajat. [tum]