Untuk itu, industri-industri berinisiatif untuk membangun sendiri PLTS atap dengan memanfaatkan atas atapnya yang luas. Mereka bisa mengklaim sebagian produk mereka diproduksi dengan menggunakan energi hijau, salah satunya PLTS atap.
Saat ini, pemerintah terus mendorong pembangunan PLTS atap untuk mencapai target 3,6 gigawatt pembangkit energi baru terbarukan pada 2025.
Baca Juga:
Bebas Tuduhan BMAD dan CVD ke AS, Ekspor Aluminium Ekstrusi Indonesia Berpeluang Kembali Melonjak
Penerapan PLTS atap memiliki sejumlah dampak positif, di antaranya berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca. Pemerintah kini juga sedang menyusun beberapa tahapan peta jalan pengembangan PLTS atap.
Beberapa upaya yang telah dilakukan Kementerian ESDM untuk mempercepat pengembangan listrik tenaga surya, antara lain menyiapkan aplikasi pelayanan, pelaporan, hingga menyediakan posko pengaduan.
Kementerian ESDM juga mendekati perbankan untuk ikut berkontribusi menyediakan dana murah dan bekerja sama dengan institusi luar negeri agar peta jalan PLTS atap bisa dicapai.
Baca Juga:
Tingkatkan Kualitas dan Keterserapan Garam Rakyat, Kemenperin Kembali Fasilitasi MoU Petambak Garam-Industri
Tak hanya itu, pemerintah juga membentuk program Gerilya untuk mempercepat listrik tenaga surya dengan melibatkan generasi muda dalam pemanfaatan energi bersih terkhusus PLTS atap.
Program ini melibatkan Kementerian ESDM dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan studi independen PLTS atap yang diimplementasikan dalam metode bertajuk "Merdeka Belajar Kampus Merdeka". [tum]