Konsumenlistrik.com | Pemerintah memastikan bahwa Tarif Dasar Listrik (TDL) sepanjang Q1-2022 ini tidak akan naik.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tetap mengkhawatirkan akan potensi naik di kuartal berikutnya mengingat besarnya konsumsi listrik mencapai 20%-30% dari biaya operasional.
Baca Juga:
Simak! Ini Tarif Listrik PLN Oktober-Desember 2022
Ketua Umum Apindo, Haryadi Sukamdani mengatakan kalau masalahnya adalah ketidakpastian pemerintah akan menahan harga listrik. Apalagi menurutnya, PLN memiliki beban keuangan yang cukup besar dan kalau tidak ada transparansi ini akan sangat mengkhawatirkan.
"Sorotan kami adalah kalau tiba-tiba PLN naik bagaimana, sekarang intervensi Presiden sungguh besar, kalau presiden tidak peduli bisa cepat naik," ungkap Hariyadi dilansir dari CNBC Indonesia, Sabtu (15/1/2022).
Ditambah lagi, menurut Sukamdani, PLN juga memiliki kecenderungan untuk "mengorbankan" industri dan bisnis.
Baca Juga:
Tarif Listrik Gak Jadi Naik! Ini Sebabnya
"Pelanggan industri yang selalu kesulitan, sedangkan rumah tangga tidak dilakukan penyesuaian sekian lama. Kalau mau fair harusnya rumah tangga naik, tapikan itu jadi masalah populis dan politis," tegas Sukamdani.
Menurut Sukamdani, setiap sektor usaha memiliki cost yang berbeda dalam penggunaan listrik. Misalnya untuk industri alat berat, seperti baja dan kimia mengkonsumsi listri dengan cukup besar. Sedangkan jasa bisa lebih kecil, namun tetap disesuaikan dengan besar-kecilnya hotel, misalnya.
Namun, Sukamdani memastikan kalau manufaktur adalah yang paling besar serta tetap bergantung pada variasinya. Apalagi saat ini efisiensi masih terus digalakan, menurut Sukamdni, kapasitas output listrik tetap besar.
Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiono mengatakan kalau listrik terutama pada petrokimia adalah komponen tertinggi nomor dua setelah bahan baku. Sehingga jika listrik naik maka harga jual akan sangat berpengaruh.
"Listrik adalah komponen nomor dua, setelah bahan baku, antara di kami 15-30% kalau untuk PVC 50% listrik, otomatis akan berpengaruh ke harga jual pada akhirnya, plastik ini 50% digunakan utuk packaging, otomatis harga2 lain akan naik, packaging 30% dari ongkos produksi, akan membuat produk-produk akhir naik, dari bahan baku naik 20-30% akan naik di kami 2,5%-3%," pungkas Fajar. [tum]