Menurutnya, Indonesia perlu belajar dari pengalaman negara lain yang sudah lebih dulu mengembangkan industri energi terbarukan, sambil membangun kapasitas lokal untuk menciptakan ekosistem energi bersih yang mandiri dan berkelanjutan.
"ALPERKLINAS siap mendukung pemerintah dalam memastikan transisi energi berjalan dengan adil dan memperhatikan kepentingan konsumen. Kami akan terus mengawal proses ini agar manfaatnya bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia," pungkasnya.
Baca Juga:
PLTU Masih Akan Ditambah hingga 2034, ALPERKLINAS Desak Pemerintah Minimalkan Dampak Emisi terhadap Dunia dan Masyarakat
Sebelumnya, Rene Duan selaku Secretary General EESA mengatakan, "Indonesia saat ini menjadi salah satu negara paling menarik di dunia dalam hal pengembangan energi bersih yang telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pengembangan energi terbarukan.
Melalui EESA Summit, kami ingin menjadi jembatan bagi kolaborasi yang lebih erat antara pelaku industri di China dan Indonesia, guna mewujudkan sistem energi masa depan yang berkelanjutan dan saling menguntungkan."
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna juga menyatakan, "Pemerintah terus mendorong pengembangan energi terbarukan melalui pengembangan kebijakan, regulasi, standar nasional, pembinaan dan pengawasan, serta fasilitator."
Baca Juga:
DPD RI Tegaskan Dampak Lingkungan dari Tambang Nikel di Raja Ampat
Berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi tenaga surya mencapai 3.294 GW dan tenaga angin sebesar 155 GW.
Saat ini, kontribusi energi terbarukan diperkirakan baru mencapai sekitar 15%, jauh dari target 23% pada tahun 2025.
[Redaktur: Mega Puspita]