Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menuturkan kondisi pasokan gas di Eropa berpengaruh besar dalam penentuan harga batu bara acuan bulan ini.
Faktor lain yang turut mempengaruhi harga batu bara acuan adalah lonjakan permintaan dari China, India, dan Korea Selatan. "Hal ini terjadi lantaran Rusia menawarkan diskon harga batu bara," terang Agung.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Sepanjang tahun ini, harga batu bara konsisten meningkat. Pada Januari, harganya masih di kisaran US$158,50 per ton. Lalu, menanjak jadi US$188,38 per ton pada Februari.
Selanjutnya pada Maret menyentuh level harga US$203,69 per ton. Disusul April dan Mei masing-masing US$288,40 dan US$275,64 per ton.
Lalu, pada Juni harga batu bara acuan tembus US$323,91 dan Juli sedikit menurun menjadi US$319 per ton.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Tahun lalu, pasokan batu bara ke PLN juga sempat macet pada Agustus 2021 hingga Januari 2022. Bahkan, pemerintah sempat melarang ekspor batu bara karena minimnya pasokan bisa menyebabkan 20 PLTU berdaya 10.850 megawatt padam. [tum]