Konsumenlistrik.WahanaNews.co | PT PLN (Persero) was-was dengan kenaikan harga batu bara yang berdampak pada kurangnya pasokan komoditas tersebut untuk perusahaannya.
Namun, Vice President Komunikasi Korporat PLN Gregorius Adi Trianto memastikan pemenuhan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam kondisi aman berada di level 19 Hari Operasi (HOP).
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Ia menambahkan saat ini PLN membeli batu bara dengan mengacu pada harga DMO yang ditetapkan pemerintah sebesar US$70 per ton, sehingga tidak ada dampak pada keuangan.
"Meskipun tidak berpengaruh pada keuangan PLN, melonjaknya harga batu bara di pasar internasional menyebabkan timbulnya disparitas harga yang sangat tinggi antara harga internasional dan domestik," katanya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (3/8).
Menurutnya, hal tersebut berpotensi menyebabkan pemasok batu bara lebih memilih untuk menjual batu bara ke luar negeri yang dapat mempengaruhi kebutuhan dalam negeri.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
"Untuk itu PLN bersama-sama dengan Pemerintah dan stakeholder di industri batu bara domestik, selalu berkoordinasi dan bersinergi untuk melakukan upaya-upaya penyempurnaan kebijakan domestic market obligation, khususnya terkait pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) sehingga tercipta iklim usaha industri batu bara yang lebih sehat dan memenuhi asas keadilan untuk semua pihak," katanya.
Sebelumnya, harga batu bara acuan (HBA) naik US$2,59 menjadi US$321,59 per ton pada Agustus 2022 dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan harga batu bara itu karena krisis energi Eropa, terutama pasokan gas.
Jika dibandingkan dengan Januari 2022 di kisaran US$158,50 per ton, harga batu bara melonjak hingga dua kali lipat dalam enam bulan.