Yang kedua, adalah sub holding power atau pembangkit. Sub holding ini akan fokus pada pembangkit baik batu bara, energi terbarukan seperti solar, air geothermal dam lainnya.
"Jika ini terjadi, PLN batu bara kita lebur atau ditutup karena ada institusi baru yang melakukan ini secara terkonsolidasi. Dan kita tidak mau justru pengadaan batu bara menjadi birokrasi berkepanjangan, kenapa tidak langsung saja ke pembangkit," ungkap Erick.
Baca Juga:
Wacana Bakal Maju di Pilpres 2024, Erick Thohir: Nyalon Enggak Ada yang Dukung, Buat Apa?
Adapun untuk PLN Pusat berdiri sebagai holding dan mengurus masalah transmisi listrik
Seperti yang diketahui, rencana pembentukan holding dan sub holding di tubuh PLN ini adalah buntut dari terjadinya krisis batu bara untuk pembangkit listrik milik PLN. Karena hal itu, anak usaha PLN yakni PLN Batubara akan dibubarkan akibat tidak bisa mengamankan pasokan batu bara untuk PLTU.
Sebelumnya memang Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves), Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa ke depan pembelian batu bara PLN tidak bisa lagi melalui trader seperti halnya yang dilakukan oleh PLN Batubara itu. Sehingga, kondisi pasokan batubara PLN mengalami krisis seperti yanng terjadi saat ini.
Baca Juga:
Kementerian BUMN Buka Suara Soal Ada Joki di Tes Rekrutmen
"Enggak ada [lagi lewat PLN Batubara]. PLN Batubara kita minta dibubarin," tegas Luhut, seperti dikutip Selasa (11/1/2022).
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo angkat bicara, ia mengatakan bahwa, terkait wacana pembubaran PLN Batubara, sebagai perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Negara, PLN akan menjalankan keputusan Pemerintah selaku pemegang saham perseroan.
"Apapun keputusannya, concern kami yaitu menjaga pasokan batu bara terjamin dan listrik tersedia bagi masyarakat. Pemerintah tentunya memiliki kebijakan yang terbaik terkait pengelolaan batu bara," ungkap Darmawan