Menurutnya, pendekatan komprehensif ini menjadi kunci keberhasilan pengembangan EBT, karena tidak hanya bergantung pada pembangunan pembangkit, tetapi juga memastikan rantai pasok dan pemeliharaan dikelola secara profesional dan mandiri.
Tohom yang juga Mantan Ketua Gabpeknas (Gabungan Pengusaha Kontraktor Nasional) ini mengatakan bahwa keterlibatan sektor swasta dalam integrasi proyek PLTS adalah keniscayaan.
Baca Juga:
Energi Terbarukan Semakin Masif, ALPERKLINAS Apresiasi Rencana Pembangunan PLTB di Cirebon
"Jika semua pihak, terutama sektor BUMN dan swasta bekerja dalam koridor sinergi, maka target transisi energi bisa dipercepat secara signifikan,” tegasnya.
Lebih jauh, Tohom mengajak pemerintah untuk lebih tegas memberikan insentif fiskal dan regulasi yang mendorong akselerasi adopsi PLTS, termasuk memperkuat ekosistem pembiayaan yang menjamin bankability proyek-proyek EBT.
“Dukungan fiskal dan jaminan regulasi menjadi fondasi penting. Jangan sampai kemajuan industri seperti TMAI ini terhambat karena minimnya ekosistem pendukung yang berpihak pada investasi hijau,” tandasnya.
Baca Juga:
RUPTL Baru Telah Ditandatangani Menteri ESDM, ALPERKLINAS Apresiasi Porsi EBT Capai 60 Persen
Sebelumnya, Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi tenaga surya sebesar 3.295 Gigawatt (GW) dan memanfaatkan potensi tersebut secara optimal menjadi kunci dalam mendukung transisi energi bersih.
“Transisi menuju energi bersih bukan lagi sekadar wacana. Ini adalah perjalanan yang sudah kami mulai, dan kami terbuka untuk berkolaborasi dengan seluruh pihak,” ujar Edwin dalam ajang Solar Tech Indonesia 2025 di JIExpo Kemayoran.
Edwin menambahkan bahwa selain pembangunan pabrik panel, PLN Indonesia Power melalui anak usahanya juga aktif dalam pembangunan, pemasangan, dan pemeliharaan PLTS, termasuk proyek-proyek besar seperti PLTS di PT AIIA, PT ADSMIN, dan Toyota Motor Manufacturing Indonesia.