Tohom menilai PLTSa memiliki tiga keunggulan strategis. Pertama, mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Kedua, memperpanjang umur TPA yang saat ini banyak yang sudah melebihi kapasitas.
Dan ketiga, menekan dampak lingkungan dari sampah organik yang memproduksi gas metana, gas rumah kaca yang jauh lebih berbahaya dari karbon dioksida.
Baca Juga:
Banyak Masyarakat Rasakan Manfaatnya, ALPERKLINAS Minta PLN Tempatkan CSR pada Sektor Produktif
"Bayangkan jika semua kota besar memiliki PLTSa, maka tidak hanya kita memproduksi listrik dari limbah, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru, mendorong inovasi teknologi lokal, dan menjadikan sampah sebagai komoditas bernilai," ujar Tohom yang juga dikenal sebagai tokoh penggerak literasi energi di Indonesia.
Tohom, yang juga peraih Rekor MURI dalam Bidang Seminar Terbanyak, menambahkan bahwa edukasi publik tentang manfaat PLTSa harus digencarkan.
"Selama ini yang terdengar hanya sisi negatif dari proyek pengolahan sampah. Padahal, di banyak negara, teknologi ini sudah terbukti efisien dan ramah lingkungan. Indonesia tinggal menyesuaikan dengan kondisi lokal dan mempercepat adopsinya," ucapnya.
Baca Juga:
Pastikan Keselamatan, ALPERKLINAS Minta Pemerintah dan PLN Sosialisasi Intens Jarak Jaringan Listrik dengan Rumah Masyarakat
Ia mengingatkan pemerintah agar tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur fisik, tetapi juga memastikan aspek legal, tarif listrik dari sampah, serta skema perlindungan konsumen diatur secara transparan.
"Jangan sampai proyek PLTSa ini hanya menjadi pencitraan lingkungan, tapi tidak menyentuh kepentingan rakyat secara langsung," tegasnya.
Tohom juga menyampaikan bahwa ALPERKLINAS siap menjadi mitra kritis sekaligus konstruktif bagi pemerintah dan investor dalam proses pembangunan PLTSa di berbagai kota.