“Transformasi digital di sektor pembangkitan listrik adalah langkah yang sangat tepat. Dengan adanya REOC, PLN Indonesia Power mampu meningkatkan efisiensi dan keandalan pembangkit, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan pelayanan bagi masyarakat,” ungkapnya.
Tohom yang juga Pelaksana Kredit Listrik Pedesaan (KLP) Tahun 1990-an ini menambahkan bahwa pengembangan listrik berbasis EBT harus diiringi dengan strategi yang matang agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk daerah terpencil.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Desak PLN dan Pemda Sosialisasikan Penerangan Jalan Umum Gratis dan Hak Konsumen Listrik
“Saya memahami betapa pentingnya akses listrik yang merata. Oleh karena itu, dalam pengembangan EBT ini, perlu dipastikan bahwa energi bersih ini ke depannya bisa diakses oleh seluruh masyarakat,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung transisi energi berkelanjutan.
Dalam acara Anugerah Lingkungan PROPER 2024, ia menerima penghargaan Green Leadership sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan menurunkan emisi karbon.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Target Pemerintah Ubah Sampah Jadi Listrik di 30 Kota hingga 2029
PLN Indonesia Power menargetkan pengembangan pembangkit EBT sebesar 2,4 GWh hingga 2035.
Melalui forum investasi seperti Mandiri Investment Forum (MIF) 2025, PLN IP juga tengah mencari investor global untuk mengakselerasi proyek energi hijau di Indonesia.
[Redaktur: Mega Puspita]