"Regulasi jangan sampai jadi penghalang. Justru harus menjadi akselerator agar inovasi daerah bisa segera diwujudkan," tambahnya.
Lebih jauh, Tohom menyoroti potensi besar dari proyek ini sebagai model sinergi antara sektor energi, pengelolaan lingkungan, dan pembangunan infrastruktur.
Baca Juga:
SUTET Andowia–Kendari Dinilai Strategis, ALPERKLINAS Dorong Replikasi di Daerah Lain
Apalagi dengan pendapatan dari listrik yang dihasilkan, proyek besar seperti pembangunan tanggul raksasa (giant sea wall) bisa dibiayai secara mandiri oleh daerah.
"Dalam satu kebijakan, Jakarta menyelesaikan tiga masalah: sampah, kebutuhan listrik, dan pembiayaan infrastruktur. Ini yang disebut sebagai kebijakan berorientasi masa depan," ujarnya.
Tohom yang juga Pengurus Fisuel Internasional Kawasan Asia-Pasifik ini menambahkan, apa yang dilakukan Jakarta sudah sejalan dengan tren global dalam pemanfaatan limbah menjadi energi.
Baca Juga:
Bioenergi Desa Berpotensi Jadi Tulang Punggung Listrik Nasional, ALPERKLINAS Dorong Sinergi PLN–Perbankan dan Kopdes
Menurutnya, negara-negara maju di Asia seperti Singapura dan Tiongkok telah lebih dahulu menerapkan pendekatan ini dan membuktikan keberhasilannya.
"Sudah saatnya Indonesia menyusul. Jakarta telah mengambil langkah awal yang berani dan rasional. Sekarang tinggal komitmen politik dan dukungan publik untuk mengawal pelaksanaannya," tegasnya.
Tohom pun mengingatkan pentingnya transparansi dalam pelaksanaan proyek ini agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat, terutama dalam bentuk tarif listrik yang wajar dan pengelolaan limbah yang tidak menimbulkan dampak baru bagi lingkungan.