Kondisi ini, menurutnya, menunjukkan urgensi kebijakan stimulus yang langsung menyasar pengeluaran primer rumah tangga.
“Banyak masyarakat saat ini yang memilih menahan konsumsi, bahkan untuk kebutuhan penting. Diskon listrik akan menjadi sinyal positif bahwa negara hadir dan berpihak kepada daya tahan ekonomi rakyat,” tegasnya.
Baca Juga:
Jelang Tahun Baru Imlek, Harga Bumbu Dapur di Tapteng Melangit
Selain konsumsi makanan, Tohom menyebut listrik sebagai komponen vital yang menyangkut kualitas hidup, mulai dari pencahayaan, akses informasi, hingga operasional peralatan rumah tangga dan UMKM.
Kebijakan pengurangan tarif, kata dia, juga bisa memberi napas bagi pelaku usaha kecil yang sangat bergantung pada listrik.
“UMKM kita sebagian besar belum pulih sepenuhnya. Jika tarif listrik bisa ditekan, maka mereka bisa menurunkan biaya produksi, menjaga harga tetap kompetitif, dan tetap menggaji karyawan,” imbuhnya.
Baca Juga:
Jaga Daya Beli Masyarakat, PLN Hadirkan Tarif Listrik Terjangkau Periode Triwulan II-2024
Tohom yang juga Ketua Umum DPP LSM Martabat (Masyarakat Pemantau Kewibawaan Aparatur Negara) ini menekankan bahwa kebijakan seperti ini akan menjadi cermin kehadiran negara dalam menjamin perlindungan konsumen dan mendorong keadilan sosial.
Ia meminta pemerintah tidak ragu untuk menyusun skema insentif listrik bertahap, yang menyasar kelompok masyarakat dengan konsumsi rendah hingga menengah.
“Negara-negara tetangga kita sudah mulai bagi-bagi bantuan tunai dan stimulus konsumsi. Indonesia jangan ketinggalan. Kita bisa sesuaikan dengan konteks nasional, salah satunya dengan diskon listrik,” pungkasnya.