Menanggapi hal ini, KRT Tohom Purba menilai bahwa keberhasilan program ini akan sangat ditentukan oleh kesinambungan dan keterlibatan aktif masyarakat.
“Keberlanjutan adalah faktor krusial. Jangan sampai program ini hanya berjalan satu atau dua tahun kemudian hilang begitu saja. Harus ada mekanisme yang memastikan bahwa para petani bisa terus menanam dan menikmati hasilnya dalam jangka panjang,” tegasnya.
Baca Juga:
ALPERKLINAS: Tanpa Hemat, Indonesia Tidak Akan Bisa Swasembada Energi
Menurutnya, sinergi antara PLN EPI, Kementan, pemerintah daerah, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program ini.
“Jika semua pihak bisa saling mendukung, maka kita tidak hanya membangun ketahanan energi, tetapi juga membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan petani,” tambahnya.
Pelaksana Harian Badan Standarisasi Instrumen Pertanian Kementan, Haris Syahbuddin, juga menyoroti pentingnya konsep pertanian terpadu yang memungkinkan masyarakat memanfaatkan lahan kritis untuk produksi biomassa. Terlebih, Desa Kamal memiliki potensi besar dalam bidang pertanian dan biomassa.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Himbau Konsumen Lebih Hemat Pemakaian Listrik di Era Transisi Energi Terbarukan
Tohom yang juga Putra Desa Karing, Kabupaten Dairi, menilai bahwa program ini memberikan peluang besar bagi daerah-daerah dengan karakteristik lahan serupa.
“Saya melihat bahwa model SPT2E ini bisa diterapkan di banyak daerah. Jika ini berhasil di Brebes, maka akan menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengadopsi konsep yang sama,” ujarnya.
Dengan adanya program SPT2E, PLN EPI berharap dapat meningkatkan ketahanan energi berbasis sumber daya lokal sekaligus memberikan dampak ekonomi yang nyata bagi masyarakat.