Konsumenlistrik.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) memberikan apresiasi tinggi terhadap kolaborasi antara PT Perusahaan Listrik Negara Energi Primer Indonesia (PLN EPI) dan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam program Sistem Pertanian Terpadu Tanaman Energi (SPT2E).
Program ini dinilai sebagai langkah strategis dalam mendukung ketahanan pangan dan energi nasional melalui pemanfaatan sumber energi alternatif berbasis biomassa.
Baca Juga:
ALPERKLINAS: Tanpa Hemat, Indonesia Tidak Akan Bisa Swasembada Energi
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, menegaskan bahwa inisiatif ini bukan sekadar proyek pertanian biasa, melainkan sebuah terobosan yang harus mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak.
“Kolaborasi antara PLN EPI dan Kementan dalam program SPT2E ini merupakan langkah visioner yang membuktikan bahwa transisi energi hijau bisa berjalan beriringan dengan penguatan sektor pertanian. Ini adalah model kerja sama yang perlu direplikasi di berbagai daerah,” ujar Tohom, Sabtu (25/1/2025).
Program SPT2E resmi dimulai dengan kegiatan penanaman tanaman energi di Desa Kamal, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, pada Jumat (17/1/2025) lalu.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Himbau Konsumen Lebih Hemat Pemakaian Listrik di Era Transisi Energi Terbarukan
Dalam acara tersebut, PLN EPI bersama Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementan menyerahkan 10 ribu bibit tanaman energi indigovera dan gamal, 200 kilogram benih jagung, 10 ton pupuk organik, serta tiga unit alat sarana produksi pertanian kepada kelompok tani setempat.
Vice President Strategi dan Pengembangan Bisnis Biomassa PLN EPI, Anita Puspita Sari, menyampaikan bahwa program ini merupakan bagian dari rencana besar yang mencakup 50 lokasi di berbagai daerah.
“Program ini dimulai dari Desa Kamal sebagai lokasi percontohan. Kami berharap dapat mengembangkan program serupa di tempat lain agar manfaatnya semakin luas,” kata Anita dalam keterangannya, dikutip Sabtu (25/1/2025).
Menanggapi hal ini, KRT Tohom Purba menilai bahwa keberhasilan program ini akan sangat ditentukan oleh kesinambungan dan keterlibatan aktif masyarakat.
“Keberlanjutan adalah faktor krusial. Jangan sampai program ini hanya berjalan satu atau dua tahun kemudian hilang begitu saja. Harus ada mekanisme yang memastikan bahwa para petani bisa terus menanam dan menikmati hasilnya dalam jangka panjang,” tegasnya.
Menurutnya, sinergi antara PLN EPI, Kementan, pemerintah daerah, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program ini.
“Jika semua pihak bisa saling mendukung, maka kita tidak hanya membangun ketahanan energi, tetapi juga membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan petani,” tambahnya.
Pelaksana Harian Badan Standarisasi Instrumen Pertanian Kementan, Haris Syahbuddin, juga menyoroti pentingnya konsep pertanian terpadu yang memungkinkan masyarakat memanfaatkan lahan kritis untuk produksi biomassa. Terlebih, Desa Kamal memiliki potensi besar dalam bidang pertanian dan biomassa.
Tohom yang juga Putra Desa Karing, Kabupaten Dairi, menilai bahwa program ini memberikan peluang besar bagi daerah-daerah dengan karakteristik lahan serupa.
“Saya melihat bahwa model SPT2E ini bisa diterapkan di banyak daerah. Jika ini berhasil di Brebes, maka akan menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengadopsi konsep yang sama,” ujarnya.
Dengan adanya program SPT2E, PLN EPI berharap dapat meningkatkan ketahanan energi berbasis sumber daya lokal sekaligus memberikan dampak ekonomi yang nyata bagi masyarakat.
Tohom mengungkapkan bahwa keberhasilan program ini akan menjadi contoh nyata bahwa inovasi di sektor energi tidak harus bertumpu pada sumber daya fosil, tetapi bisa bersumber dari alam yang terbarukan dan melibatkan masyarakat secara langsung.
“Program ini adalah bukti bahwa transisi energi hijau tidak hanya berbicara soal teknologi tinggi, tetapi juga bagaimana kita bisa memberdayakan masyarakat dengan solusi yang tepat guna,” pungkas Tohom.
[Redaktur: Sandy]