Alat ini mampu menghasilkan daya 80 watt. “Sistem manajemen energi akan membantu pengguna untuk mengetahui besar daya, tegangan, dan arus yang digunakan, serta kapasitas daya pada baterai,” ujarnya.
Kelebihan yang ditawarkan alat ini adalah memiliki tegangan AC (220 V) dan DC (12 V) sehingga dapat digunakan untuk berbagai peralatan listrik, memiliki sistem manajemen energi, bersifat portable, ramah lingkungan, dan tidak berisik. Harga pokok produksinya senilai Rp3.465.000.
Baca Juga:
Layanan SuperSUN PLN, Inovasi Listrik Bersih 24 Jam, Dukung Kemajuan Masyarakat Kepulauan di Sulawesi Selatan
SPITS merupakan alat yang dikembangkan atas kerja sama berbagai pihak di antaranya dosen pembimbing mereka, Wervyan Shalannanda, S.T., M.T dari kelompok keahlian Teknik Telekomunikasi, dan Dr. Ir. Agus Purwadi, M.T dari kelompok keahlian Teknik Ketenagalistrikan.
Alumni Teknik Tenaga Listrik 15, yakni Abdurrauf Irsal dan Muhammad Alif Mi’raj Jabbar, serta Adelia Kurniadi (Teknik Geologi 18), juga turut terlibat dalam pembuatannya. Alat ini sudah menjalani pengujian photovoltaic dan tegangan output yang dihasilkan AC (224 V) dengan frekuensi 49,9 Hz.
Nilai tegangan dan frekuensi tersebut sudah sesuai dengan SPLN 1:1995. Dicky menyebut, alat ini sifatnya masih berupa prototype sehingga masih dapat dikembangkan seperti peningkatan kapasitas daya dan desain alat yang lebih lagi. “Kabar baiknya, pihak Kementerian ESDM yang turut menjadi juri perlombaan, menawarkan kerja sama untuk pengembangan alat ini,” tutup Rama. (tum)