Kurun 11 tahun adalah perhitungan proses desain dan konstruksi. Untuk sampai tuntas dan diresmikan masih dalam kalkulasi, meski ditargetkan 2022 mendatang.
Tiyok, sapaan akrab Prasetyoadi bercerita, Tahun 2010, PDW Architects memenangi kompetisi desain arsitektur JIS yang dirancang oleh tiga arsitek yaitu Muhammad Gito Wibowo, Dyah Fatma, serta Noer Hidayat Adham. Dari ketentuan sayembara yang ditetapkan pada tahun itu, desain JIS telah mengalami banyak perubahan dibandingkan dengan Tahun 2019.
Baca Juga:
Bacalon Gubernur Jakarta Pramono Mau Buat Waterway di Pulau Seribu
Tahun 2010, JIS dirancang dengan kapasitas 50.000 orang, dilengkapi track atletik, tidak beratap, dan berlokasi di tengah jalan. Sementara pada desain 2019, daya tampung JIS ditambah 32.000 orang menjadi 82.000 penonton.
Sehingga, total kapasitas JIS sama dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan. Selain itu, JIS dirancang hanya memiliki lapangan sepakbola, atap dibuat otomatis bisa dibuka-tutup, serta lokasi bergeser ke arah barat. Lihat Foto Jakarta International Stadium (JIS).(Dokumen pribadi Prasetyoadi.)
"Dengan demikian, akses penonton menggunakan Taman Bersih Manusiawi Wibawa (BMW) yang ada di seberang lahan," lanjut Tiyok.
Baca Juga:
Bruno Mars Bakal Konser Selama Dua Hari di JIS, Berikut Info Pembelian Tiket
Mundur ke belakang pada kurun 2011-2013, hasil karya PDW Architects yang memenangi kompetisi, mengalami pengembangan desain, terutama pada interior yang dirancang oleh PT Arkonin.
Hingga berlanjut lima tahun kemudian, keseluruhan desain stadion dirancang ulang oleh beberapa pihak di antaranya, PT Jakarta Konsultindo, PT Malmass Mira Teknik, Buro Hapold, Timmy Setiawan, serta Muhammad Gito Wibowo dan Reza Kaedy dari PDW Architects.
JIS baru dimulai pada 2020 yang dikerjakan oleh tiga kontraktor dengan skema kerja sama operasi (KSO) dan satu konsultan bangunan yakni PT Penta Rekayasa (Penta Architecture).