Konsumenlistrik.WahanaNews.co | Para produsen batu bara dalam negeri angkat bicara perihal komitmen perusahaan dalam memenuhi kebutuhan batu bara dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) untuk batu bara pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PT PLN (Persero).
Salah satunya adalah PT Arutmin Indonesia (Arutmin) selaku anak usaha dari PT Bumi Resources Tbk (BUMI). General Manager dan External Affairs PT Arutmin Indonesia, Ezra Sibarani mengklaim pihaknya sudah memenuhi kewajiban pemenuhan batu bara dalam negeri, bahkan setoran batu bara untuk DMO telah melebihi dari kewajiban yang ditetapkan pemerintah.
Baca Juga:
Ratu Batu Bara Tan Paulin Diperiksa KPK di Kasus Rita Widyasari
"Untuk Arutmin sampai saat ini kita sudah melebihi 150% dari kewajiban DMO kita," ujar dia kepada CNBC Indonesia, Senin (8/8/2022).
Di samping itu, ia juga menegaskan bahwa pihaknya selalu mendukung kebijakan yang dijalankan pemerintah. Bahkan tanpa BLU Iuran Batu Bara sekalipun, Arutmin selalu memenuhi DMO lebih dari kewajiban 25% dari rencana produksi.
"Kita selalu mendukung policy pemerintah, tanpa BLU saja kita selalu penuhi DMO lebih dari kewajiban. Apabila BLU jalan semoga menjadi jawaban untuk semua perusahaan terutama supplier listrik domestik yang selama ini menjadi mitra yang baik," ujarnya.
Baca Juga:
KPK Ungkap Eks Bupati Kukar Dapat US$5 per Matrik Ton dari Perusahaan Batu Bara
Tidak hanya Arutmin, Adaro selaku produsen batu bara raksasa juga menyatakan hal yang sama terhadap komitmennya dalam pemenuhan batu bara ke domestik. Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Indonesia Tbk Febriati Nadira mengatakan pihaknya akan selalu mematuhi peraturan ketentuan DMO serta memenuhi kebutuhan dan pasokan batu bara untuk dalam negeri.
"Indonesia merupakan negara tujuan penjualan, di mana selama 12 bulan terakhir penjualan ke Indonesia meliputi 25% dari total penjualan batu bara Adaro. Perusahaan tetap menargetkan untuk menyumbangkan 25-27% penjualan ke pasar domestik di Indonesia," kata dia.
Terpisah, Direktur PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Alexander Ery Wibowo mengatakan meski target ekspor terbesar perusahaan berada di negara Asia, seperti Filipina, Malaysia, Korea Selatan, Jepang, dan China. Namun, Bayan Resources tetap memperhatikan permintaan batu bara domestik yang juga tinggi. Sebab menurut Alexander, hal ini sudah menjadi kewajiban.
"Tapi di satu sisi kita perhatikan permintaan domestik juga sangat tinggi permintaannya. Sehingga kami mengharapkan perlu adanya dukungan karena spek domestik dan internasional berbeda. Tapi memang kebutuhan paling tinggi saat ini adalah untuk thermal coal," kata dia kepada CNBC Indonesia, Senin (8/8/2022).
Lebih lanjut, ia menjelaskan kontribusi ekspor batu bara terhadap kinerja Bayan Resources mencapai 70-75%, sedangkan untuk pasar domestik 20-25%. "Tergantung spesifikasinya, karena Bayan Resources memiliki spesifikasi tambang yang berbeda-beda. Ada yang tidak diterima domestik tapi demand-nya dari luar tinggi," jelas dia.
Di sisi lain, saat ini Bayan Resources masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan produksi batu bara dan mencapai target produksi. Tantangan tersebut yakni mengenai ketersediaan alat berat, transportasi, dan cuaca. "Dari aspek demand, tidak ada masalah. Ada masalah di supply-nya, bagaimana mencapai target produksi," terang dia.
PT PLN (Persero) sebelumnya membeberkan berlarutnya pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) sebagai pemungut iuran batu bara membuat banyak pemasok mencoba menahan pasokan ke PLN. Hal ini tentunya membuat perusahaan setrum ini makin sulit mendapat pasokan batu bara.
EVP Batubara PT PLN (Persero), Sapto Aji Nugroho menjelaskan bahwa saat ini pihaknya menghadapi persoalan yang cukup serius terkait pasokan batu bara. Pasalnya para penambang yang sudah berkontrak dengan PLN dan kontraknya sudah berakhir tidak ada yang mau memperpanjang kontrak.
Oleh sebab itu, ia berharap agar BLU batu bara dapat segera diimplementasikan. Utamanya sebagai solusi atas disparitas harga yang menjadi akar permasalahan pasokan batu bara untuk kelistrikan nasional.
"BLU adalah solusi yang akan menyelesaikan karena prinsip dasarnya menyelesaikan permasalahan disparitas harga," kata dia dalam Diskusi Publik BLU Batubara Selasa (2/1/2022).
Menurut Sapto selama ini perusahaan dapat menjaga pasokan karena menggunakan pintu darurat yakni bantuan penugasan dari Dirjen Minerba, namun demikian hal ini bersifat sementara. [tum]