KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Lonjakan konsumsi listrik nasional yang mencapai hampir 18 persen pada April 2025 menuai sorotan dari Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS).
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, menyambut positif pertumbuhan tersebut namun menegaskan pentingnya langkah konkret dari PT PLN (Persero) dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pelayanan, serta infrastruktur jaringan kelistrikan.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Tekad PLN yang Akan Listriki 10 Ribu Desa
Menurut data yang dipaparkan Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI pada 22 Mei 2025 lalu, konsumsi listrik sektor industri mengalami peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan paling tajam terjadi di sektor data center, yang naik hingga 17,65% secara tahunan (Year-on-Year). Disusul oleh sektor besi dan baja, makanan dan minuman, serta perdagangan non-otomotif.
Namun bagi ALPERKLINAS, angka-angka pertumbuhan tersebut harus dibarengi dengan pembenahan sistemik.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Kerja Sama Indonesia–Swiss Bangun PLTS di Atas Rel Kereta Api
“Pertumbuhan konsumsi listrik sebesar hampir 18 persen ini adalah sinyal kuat bahwa ekosistem energi Indonesia sedang berevolusi. Namun pertumbuhan ini akan menjadi kontraproduktif apabila tidak diikuti oleh peningkatan pelayanan dan perbaikan infrastruktur jaringan yang menopang distribusi listrik,” ujar Tohom.
Ia menyoroti masih adanya keluhan konsumen, terutama dari pelaku industri menengah dan kecil, terkait gangguan pasokan serta proses penanganan keluhan pelanggan yang lambat.
“Ketika listrik menjadi tulang punggung operasional industri, maka ketidakpastian pasokan akan menjadi penghambat investasi. Di sinilah peran PLN harus ditingkatkan: bukan hanya menjual listrik, tapi juga menjamin keandalannya,” imbuhnya.
Minta Transformasi SDM dan Akselerasi Digitalisasi
Tohom juga mengungkapkan bahwa peningkatan kualitas SDM di tubuh PLN merupakan hal krusial di era kompetisi energi yang semakin kompleks.
“Kita tidak bisa bicara soal efisiensi dan inovasi, jika tenaga pelaksana di lapangan masih bekerja dengan pola lama. Digitalisasi pelayanan dan manajemen berbasis kompetensi harus jadi prioritas. PLN tidak bisa lagi hanya menjadi operator teknis, melainkan harus menjadi institusi layanan publik yang berorientasi pada kepuasan konsumen,” katanya.
Dalam pandangannya, pembenahan SDM tidak hanya menyasar teknisi lapangan, tetapi juga manajerial dan layanan pelanggan.
Tohom mengusulkan agar PLN membuka ruang kolaborasi dengan lembaga independen dan akademisi untuk mengevaluasi kinerja dan kompetensi SDM-nya secara berkala.
Laju Hilirisasi dan AI
Melihat sektor-sektor penyumbang konsumsi listrik tertinggi seperti data center dan industri logam, Tohom menilai bahwa pembangunan infrastruktur jaringan harus mampu mengimbangi kebutuhan daya yang semakin besar dan bersifat non-linear.
“Hilirisasi dan teknologi AI bukan sekadar tren, melainkan transformasi struktural. Ini membutuhkan jaringan yang tidak hanya kuat, tapi juga cerdas, mampu memetakan beban, meminimalkan kehilangan energi, dan tahan terhadap gangguan,” paparnya.
Tohom yang juga Wakil Ketua Umum Bidang Perlindungan Hukum dan Konsumen Kongres Advokat Indonesia ini menegaskan bahwa hak konsumen atas listrik yang andal dan aman merupakan mandat konstitusi.
Ia pun mendesak pemerintah dan regulator untuk lebih ketat dalam mengawasi implementasi investasi PLN dalam jaringan distribusi, termasuk memastikan bahwa proyek-proyek jaringan benar-benar tepat sasaran.
“Investasi konstruksi jaringan harus punya dampak langsung terhadap kualitas layanan, bukan hanya menjadi catatan di atas kertas. Konsumen harus jadi pusat perencanaan, bukan sekadar objek statistik,” tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan bahwa tren kenaikan konsumsi listrik terjadi karena meningkatnya penggunaan perangkat elektronik, pendingin ruangan, serta lonjakan penggunaan kendaraan listrik.
Selain itu, sektor hilirisasi dan program strategis nasional turut mendorong pertumbuhan konsumsi listrik nasional secara agregat.
"Result secara umum adalah pertumbuhan listrik masih sehat," ujar Darmawan.
Ia juga menyebut bahwa sektor data center kini telah bertransformasi menjadi computation center yang mendukung perkembangan artificial intelligence.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]