Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2021—2030, kata Nurul, pembangkit listrik tenaga surya akan punya andil sekitar 12 persen guna memberikan kesempatan bauran energi baru terbarukan lebih besar untuk Indonesia sampai 2030.
Menurut dia, bauran energi baru terbarukan tersebut punya kesempatan untuk membangun beberapa peluang investasi di dalam negeri, seperti proyek investasi energi surya yang dilakukan oleh PJB Masdar Solar Energy yang membangun PLTS terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat berkapasitas 145 megawatt.
Baca Juga:
Layanan SuperSUN PLN, Inovasi Listrik Bersih 24 Jam, Dukung Kemajuan Masyarakat Kepulauan di Sulawesi Selatan
Proyek PLTS terapung tersebut akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan rencana investasi senilai 140 juta sampai 145 juta dolar AS.
Selain itu, ada rencana investasi ekspor listrik dari Batam ke Singapura yang merupakan kerja sama beberapa entitas bisnis Indonesia dan Singapura yang didukung oleh pemerintah Indonesia dan pemerintah Singapura.
"Ekspor listrik dari Batam ke Singapura yang akan memberikan kesempatan pada Indonesia untuk lebih meningkatkan produk listrik berbasis surya yang akan diekspor ke Singapura," kata Nurul.
Baca Juga:
Energi Surya Jadi Sumber Cahaya Bagi Kehidupan Masyarakat Desa Tepian
Terkait dengan upaya untuk mengawal investasi, termasuk investasi yang berbasis energi, Kementerian Investasi telah memfasilitasi permasalahan investasi senilai Rp558,7 triliun dari potensi realisasi sebesar Rp708 triliun.
Pada sektor energi terdapat sembilan proyek dengan harga mencapai Rp132,8 triliun. Nilai tersebut setara dengan 23,77 persen dari total nilai potensi investasi yang telah difasilitasi lebih kurang 31 proyek.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyebutkan pencapaian target bauran energi hijau sebesar 23 persen pada tahun 2025 memerlukan tambahan kapasitas pembangkit energi terbarukan sekitar 4 gigawatt di luar proyek PLN.