“Interkoneksi regional harus memperkuat keandalan pasokan dan menekan biaya, bukan justru membebani konsumen nasional,” katanya.
Ia juga menyoroti RUPTL 2025–2034 sebagai arah kebijakan yang progresif, namun membutuhkan pengawalan publik.
Baca Juga:
Percepat Pemulihan Kelistrikan Pasca Bencana Aceh, Tim PLN UID Jakarta Raya Tuntaskan 38 Aktivitas Recovery
“Target energi terbarukan dan penguatan transmisi adalah langkah maju. Tantangannya ada pada konsistensi eksekusi dan tata kelola yang transparan agar konsumen benar-benar merasakan manfaatnya,” ujar Tohom.
ALPERKLINAS, lanjutnya, akan terus mendorong agar transformasi energi berjalan seimbang antara kepentingan negara, industri, dan hak konsumen.
“Transisi energi yang adil hanya bisa tercapai jika konsumen ditempatkan sebagai subjek, bukan sekadar objek pembangunan,” tutup Tohom.
Baca Juga:
Libur Nataru, PLN UP3 Nias Siapkan SPKLU untuk Layani Pengguna Mobil Listrik
Sebelumnya, PT PLN (Persero) dalam plenary session Electricity Connect 2025 di Jakarta menegaskan komitmennya memperkuat ketahanan energi sebagai kunci hilirisasi industri dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Executive Director ASEAN Centre for Energy (ACE), Dato’ Ir. Ts. Razib Dawood, menyatakan bahwa lonjakan permintaan energi di kawasan ASEAN menuntut transformasi besar sistem energi dan percepatan ASEAN Power Grid.
Sementara itu, Direktur Manajemen Pembangkitan PLN, Rizal Calvary Marimbo, menyampaikan bahwa RUPTL 2025–2034 menargetkan penambahan kapasitas pembangkit 69,5 gigawatt yang didominasi energi baru terbarukan serta penguatan jaringan transmisi nasional.