Ia melihat komitmen menjadikan energi hijau sebagai fondasi kota sebagai terobosan visioner yang patut direplikasi.
“IKN menunjukkan bahwa sejak tahap perencanaan awal, energi bersih bisa menjadi tulang punggung kota modern. Ini pelajaran penting bagi Jakarta, Surabaya, Medan, dan kota metropolitan lainnya,” katanya.
Baca Juga:
Sambut Nataru, PLN dan Mitra Siapkan 4.514 SPKLU di 2.862 Titik serta 69.000 Personel di 3.392 Posko Nasional, ALPERKLINAS: Mobil Listrik Aman Dibawa Mudik
Lebih jauh, Tohom menyoroti dampak ekonomi dari energi terbarukan bagi konsumen. Menurutnya, investasi besar pada sektor energi hijau akan menurunkan risiko fluktuasi harga energi di masa depan serta mengurangi beban biaya kesehatan akibat polusi. “Dalam jangka panjang, energi terbarukan justru melindungi daya beli konsumen. Biaya eksternal yang selama ini tersembunyi—seperti penyakit akibat polusi—akan berkurang signifikan,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan swasta global dalam mempercepat transisi energi.
Bagi ALPERKLINAS, sinergi tersebut tidak boleh berhenti pada proyek simbolik, melainkan harus dirasakan langsung oleh konsumen melalui layanan listrik yang lebih bersih, transparan, dan berkeadilan.
Baca Juga:
Transmisi Brandan–Langsa Normal dan Sistem Jaringan Listrik Sumut–Aceh Terhubung, ALPERKLINAS: Pemulihan Interkoneksi Sumatera Pasca Bencana Rampung, PLN Kerahkan Tenaga Operasikan Pembangkit
“Konsumen harus menjadi pusat dari agenda transisi energi. Tanpa itu, energi hijau hanya akan menjadi jargon,” ujar Tohom.
ALPERKLINAS optimistis, jika kota-kota besar berani mengadopsi energi terbarukan secara serius, Indonesia tidak hanya akan lebih dekat dengan target net zero emission 2060, tetapi juga membangun peradaban perkotaan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
“Energi bersih adalah investasi moral bagi generasi mendatang, sekaligus perlindungan nyata bagi konsumen hari ini,” pungkas Tohom.