Menurut Tohom, Indonesia sangat berpeluang menjadi negara tropis pertama yang mengadopsi teknologi ini secara masif, mengingat panjangnya jaringan rel nasional yang terbentang dari Sumatra hingga Papua.
"Jika kita mengadopsi ini dengan dukungan penuh dari PT KAI dan PLN, dampaknya bukan hanya pada kelistrikan, tapi juga pada pengurangan emisi dan elektrifikasi transportasi," katanya.
Baca Juga:
Animo Masyarakat Tinggi, ALPERKLINAS Desak Rekrutmen Karyawan PLN Group Harus Akuntabel dan Pro Pelayanan Konsumen
Tohom yang juga salah satu Pendiri Perkumpulan Perlindungan Konsumen Nasional ini menambahkan bahwa kerja sama teknologi dengan negara maju seperti Swiss sebaiknya tak hanya berhenti pada tahap percontohan.
Menurutnya, pemerintah harus membuka jalan untuk alih teknologi dan melibatkan BUMN serta startup dalam negeri agar manfaat ekonominya lebih merata.
“Dengan kolaborasi strategis, Indonesia tak hanya menjadi konsumen teknologi, tapi juga co-developer. Ini penting agar kita tidak hanya bergantung pada pihak luar, tetapi juga membangun ekosistem energi terbarukan lokal yang tangguh,” tegasnya.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Sambut Rencana Skytrain Bekasi untuk Perkuat Integrasi Transportasi Aglomerasi Jabodetabekjur
Ia menekankan bahwa keberhasilan proyek ini harus didukung regulasi teknis yang progresif, serta pelibatan masyarakat dalam pengawasan dan pemeliharaan sistem.
Sebelumnya, teknologi panel surya rel buatan Sun-Ways telah menarik perhatian berbagai negara, termasuk Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat.
Di Indonesia, perusahaan energi surya Mutitron Automa berencana menerapkan proyek percontohan di Bogor, Jawa Barat.