“Konversi frekuensi ini bukan pekerjaan sederhana. Ini menunjukkan kesiapan teknis PLN dalam memahami kebutuhan spesifik industri migas, dan menjadi contoh nyata bagaimana infrastruktur listrik bisa beradaptasi dengan kebutuhan industri besar,” ujar Tohom.
Ia juga menambahkan, proyek WK Rokan adalah salah satu simbol kemandirian energi Indonesia yang perlu dijaga dengan kolaborasi lintas sektor.
Baca Juga:
Jaga Daya Beli Masyarakat, ALPERKLINAS Apresiasi PLN Beri Diskon Listrik Mulai 1 Oktober 2025
“Kemandirian energi bukan hanya soal produksi migas, tapi juga soal bagaimana ekosistem pendukungnya bekerja efisien dan berkelanjutan. PLN dan PHR sedang menunjukkan kepada publik bahwa kolaborasi strategis ini bisa menghasilkan manfaat ganda, baik bagi negara maupun masyarakat,” tegasnya.
Tohom yang juga Ketua Umum Relawan Martabat Prabowo-Gibran ini menilai kebijakan pemerintah memperkuat peran BUMN dalam proyek-proyek energi strategis patut diteruskan.
“Kita melihat keberpihakan pemerintah pada pembangunan infrastruktur energi bukan sekadar simbol politik, tapi wujud nyata dari arah pembangunan ekonomi nasional yang berdaulat,” katanya.
Baca Juga:
PLN Buka Lowongan Kerja bagi Lulusan D3 sampai S2 di Seluruh Indonesia
Ia mengungkapkan, keberhasilan sinergi PLN dan Pertamina Hulu Rokan akan menjadi model ideal bagi kerja sama lintas-BUMN di sektor lain.
“Langkah ini juga berdampak positif pada konsumen. Jika pasokan energi primer seperti listrik stabil dan terjamin, maka seluruh rantai ekonomi akan ikut merasakan efeknya, termasuk masyarakat yang menjadi pengguna akhir energi nasional,” tambahnya.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, menegaskan pentingnya pasokan listrik yang stabil di WK Rokan.