KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO - Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) menyampaikan apresiasi terhadap langkah Asian Development Bank (ADB) yang terus mendorong partisipasi sektor swasta dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Menurut organisasi ini, kehadiran ADB dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sengkol di Lombok Tengah menjadi bukti konkret dukungan internasional terhadap upaya transisi energi nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
Baca Juga:
Kurangi Emisi Karbon, ALPERKLINAS Apresiasi Kerjasama PLN dan Pemprov Banten Sosialisasi Pemakaian Kompor Induksi pada Konsumen
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, menilai proyek tersebut bukan sekadar bentuk investasi infrastruktur, tetapi simbol dari kemitraan global yang berpihak pada masa depan energi bersih Indonesia.
“Kami melihat peran ADB bukan hanya sebagai pemberi pinjaman, tetapi sebagai motor penggerak perubahan, khususnya dalam mempertemukan kepentingan pembangunan nasional dengan dukungan swasta internasional,” ujar Tohom, Rabu (30/7/2025).
Ia menegaskan bahwa keterlibatan swasta dalam transisi energi bukan hal yang bisa ditawar, mengingat keterbatasan fiskal pemerintah dan kebutuhan mendesak untuk memperluas akses listrik ramah lingkungan, terutama di daerah pedesaan.
Baca Juga:
Kolaborasi PLN, MEBI, dan Alfamart Wujudkan Ekosistem Transportasi Ramah Lingkungan
“Yang dibutuhkan sekarang adalah keberanian regulatif untuk membuka ruang investasi seluas-luasnya tanpa mengorbankan hak-hak konsumen,” katanya.
Menurut Tohom, pembangunan PLTS Sengkol oleh ADB dan perusahaan swasta Vena Energy harus menjadi contoh kolaborasi ideal yang bisa direplikasi di banyak wilayah Indonesia lainnya.
Ia mengingatkan bahwa aspek pemerataan dan keadilan energi harus menjadi roh utama dari setiap proyek transisi energi.
“Jangan hanya mengejar target bauran energi, tapi pastikan juga rakyat di pelosok ikut menikmati manfaatnya,” tegasnya.
Tohom yang juga Pengurus Fisuel Internasional Kawasan Asia-Pasifik ini menambahkan bahwa pengalaman Indonesia dalam memadukan dukungan lembaga keuangan internasional dengan investasi swasta dapat menjadi rujukan bagi negara berkembang lainnya.
“ADB membawa kita selangkah lebih dekat ke arah desentralisasi energi, di mana masyarakat bisa lebih mandiri dan berdaya dalam urusan pasokan listrik,” ungkapnya.
Ia juga menekankan bahwa upaya transisi energi yang terlalu berfokus pada teknologi dan pembiayaan dapat menimbulkan kesenjangan jika tidak disertai dengan proteksi konsumen.
“Rakyat harus tetap menjadi pusat dari pembangunan energi baru. Jangan sampai mereka menjadi korban tarif tinggi atau sistem yang tidak transparan,” ujarnya.
Sebelumnya, Presiden ADB Masato Kanda dalam kunjungannya ke proyek PLTS Sengkol 7 MWp di Lombok Tengah menyatakan komitmen ADB untuk terus memperluas dukungan terhadap sektor energi terbarukan di Indonesia, khususnya melalui peran sektor swasta.
Ia mengatakan bahwa proyek ini menjadi contoh bagaimana kolaborasi internasional dapat mempercepat pencapaian target energi bersih nasional.
"Yang paling penting adalah, seperti dalam proyek ini, bagaimana mengundang dan menggerakkan investasi sektor swasta, baik dari segi modal maupun teknologi, ke dalam negeri," kata Kanda.
Proyek PLTS Sengkol merupakan bagian dari program energi terbarukan di Indonesia timur tahap dua.
Melalui kemitraan dengan Vena Energy, ADB mengucurkan pinjaman senilai US$12,5 juta untuk membangun tiga PLTS berkapasitas masing-masing 7 MWp di Lombok dan satu PLTS 21 MWp di Likupang, Sulawesi Utara.
Proyek ini bertujuan untuk mempercepat tercapainya target bauran energi terbarukan Indonesia sebesar 23% pada tahun 2025.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]